Sejarah Tumbuhan



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Selama lebih dari 3 miliar tahun sejarah bumi, di sebagian besar permukaan daratan tidak ada kehidupan. Bukti geokimiawi menunjukkan bahwa lapisan tipis sianobakteri hadir di daratan sekitar 1,2 miliar tahun yang lalu. Namun, hanya dalam 500 juta tahun terakhir tumbuhan kecil beserta fungi dan hewan ikut naik ke daratan. Sekitar 370 juta tahun lalu, sejumlah tumbuhan muncul hingga dapat tumbuh lebih tinggi menyebabkan pembentukan hutan – hutan pertama. Sejak mengolonisasi daratan, tumbuhan telah berdiversifikasi secara luas. Saat ini ada lebih dari 290.000 spesies tumbuhan yang terlah diketagui.
Keberadaan tumbuhan darat menyebabkan bentuk- bentuk kehidupan yang lain, termasuk hewan mampu hidup di daratan. Akar tumbuhan telah menyediakan habitat bagi organisme – organisme lain dengan menstabilkan bentang alam. Tumbuhan juga menyuplai oksigen dan merupakan penyedia tanaman utama sebagian besar makanan yang dikonsumsi oleh hewan terestrial.
Fosil – fosil dan studi perbandingan tumbuhan yang masih ada memberikan berbagai petunjuk tentang asal usul tumbuhan berbiji sekitar 360 juta tahun yang lalu. Setelah keberadaan kelompok baru tumbuhan ini menjadi mantap, mereka mengubah arah evolusi tumbuhan secara dramatis. Tumbuhan berbiji juga telah memiliki dampak sangat besar pada manusia. Dimulai sekitar 13.000 tahun lalu, manusia mulai bercocok tanam gandum, ara, jagung, pisang, dan tumbuhan berbiji liar yang lain. Salah satu buktinya, biji labu squash yang terawetkan dengan baik ditemukan di sebuah gua di Meksiko dan berasal dari 8.000 hingga 10.000 tahun lalu (Campbell, 2012).

B.       Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah sejarah asal usul tumbuhan secara umum?
2.      Bagaimanakah sejarah perkembangan klasifikasi tumbuhan?
3.      Bagaimanakah evolusi gimnospermae dan angiospermae?

C.      Tujuan
1.    Untuk mengetahui sejarah asal usul tumbuhan secara umum.
2.    Untuk mengetahui sejarah perkembangan klasifikasi tumbuhan.
3.    Untuk mengetahui evolusi gimnospermae dan angiospermae.


























BAB II
ISI

A.      Sejarah Asal Usul Tumbuhan secara Umum
(Mader, 2010).
Selama beberapa dekade, para ahli sistematika telah mengakui bahwa alga hijau adalah protista fotosintetik yang paling dekat kekerabatannya dengan tumbuhan. Karena terdapat keanekaragaman yang sangat besar pada alga hijau, penelitian terbaru memfokuskan pada kelompok organieme akuatik yang merupakan kerabat alga terdekat bagi kingdom tumbuhan. Banyak bukti yang mengarah pada alga hijau yang disebut karofita. Dengan membandingkan ultrastruktur sel, biokimia, dan informasi hereditas (DNA dan RNA serta produk proteinnya), peneliti telah menemukan homologi antara karofita dan tumbuhan, yaitu kloroplas yang homolog, kemoripan biokimia, kemiripan dalam mekanisme mitosis dan sitokinesiskemiripan dalam ultrastruktur sperma, dan hubungan genetik (Campbell, 2000).
Para ahli palaebotani yang mencari asal usul evolusi tumbuhan telah lama berdebat tentang apa yang menyusun bukti fosil tertua dari tumbuhan darat. Pada tahun 1970-an, para peneliti menemukan spora fosil yang berasal dari periode Ordovisium yang berumur lebih dari 475 juta tahun. Walaupun spora fosil mirip dengan spora tumbuhan yang masih ada, spora ini memiliki beberapa perbedaan yang mencolok. Misalnya, spora tumbuhan masa kini biasanya disebarkan sebagai butiran tunggal, namun spora fosil berfusi bersama ke dalam kelompok yang terdiri dari dua dan empat butir. Perbedaan ini memunculkan kemungkinan bahwa spora fosil bukan dihasilkan oleh tumbuhan, namun oleh beberapa alga kerabatnya yang sudah punah.
Pada tahun 2003, para saintis dari Inggris dan Oman, negara di Timur Tengah mengungkapkan sedikit misteri ini ketika mereka mengekstraksi spora dari bebatuan berumur 475 juta tahun dari Oman. Tidak seperti spora – spora dari zaman ini yang ditemukan sebelumnya, spora – spora ini tertanam dalam materi kutikula tumbuhan yang mirip dengan jaringan pembawa spora pada tumbuhan yang masih ada saat ini. Setelah mengungkap fragmen – fragmen kecil dari jaringan lain yang jelas – jelas dimiliki oleh tumbuhan, para saintis menyimpukan bahwa spora – spora dari Oman merepresentasikan tumbuhan fosil, bukan alga.
Salah satu cara untuk membedakan tumbuhan adalah dengan mengetahui apakah mereka memiliki sistem jaringan vaskular yang ekstensif, sel – sel yang bergabung menjadi tabung – tabung yang mentranspor air dan nutrien ke seluruh tubuh tumbuhan. Kebanyakan tumbuhan memiliki sistem jaringan vaskular yang kompleks sehingga disebut tumbuhan vaskular. Tumbuhan yang tidak memiliki sistem transpor yang ekstensif (tumbuhan nonvaskular), yaitu lumut hati, lumut tanduk, dan lumut daun. Tumbuhan nonvaskular sering disebut sebagai briofit (Campbell, 2012).

B.       Sejarah Perkembangan Klasifikasi Tumbuhan
Perbedaan  dasar  yang  digunakan  dalam mengklasifikasikan tumbuhan memberikan  hasil (sistem) yang  berbeda-beda pula, sehingga  terbentuk sistem  klasifikasi  yang  berlainan pada  waktu  yang  berbeda-beda. Pada zaman  dahulu  kegiatan klasifikasi, didasarkan atas kesamaan  ciri-ciri yang  langsung  terkait  dengan kehidupan  manusia,  misalnya atas  dasar manfaatnya,  yang  menghasilkan  kelompok tumbuhan  penghasil  bahan pangan,  sandang,  penghasil  obat dan  seterusnya. Selanjutnya mendasarkan  pengelompokan berdasarkan ciri-ciri  lain  yang  mudah dilihat dan diamati dengan mudah seperti perawakan (habitus) tumbuhan. Berdasarkan habitus ini, maka dikelompokkanlah: pohon (arbor) yaitu tumbuhan yang tinggi, besar dan berumur panjang, tumbuhan yang lebih kecil disebut semak frutex) dan yang kecil dan berumur pendek termasuk terna (herba).
Dalam  garis  besamya,  perkembangan sistem  klasifikasi  dari  masa  ke masa adalah sebagai berikut:
1.        Periode  tertua,  secara  formal  belum  dikenal adanya  sistem klasifikasi yang diakui (sejak ada kegiatan dalam taksonomi sampai kira-kira  abad  ke-4  sebelum  Masehi). Dalam zaman prasejarah orang telah mengenal  tumbuh-tumbuhan  penghasil  bahan  pangan yang  penting  seperti yang dikenal  sekarang. Jenis-jenis tumbuhan tersebut diperkirakan telah dikenal  sejak 7 sampai 10 ribu tahun yang lalu dan telah dibudidayakan  oleh bangsa  Mesir. Sebenarnya masyarakat dahulu telah menerapkan adanya suatu sistem klasifikasi yang didasarkan atas manfaat tumbuhan sehingga periode ini dapat disebut sebagai periode sistem manfaat, yang dapat dianggap sebagai sistem buatan yang tertua.
2.      Periode  Sistem  Habitus,  dari  kira-kira  abad  ke-4  sebelum  Masehi sampai abad ke-17. Taksonomi tumbuhan sebagai ilmu pengetahuan baru dianggap dimulai dalam abad ke-4 sebelum Masehi oleh orang – orang Yunani yang dipelopori oleh Theophrastus (370-285 S.M.) dan juga  diikuti  oleh  kaum  herbalis serta  ahli-ahli  botani, yang  terusdigunakan sampai  selama  lebih  10  abad.  Pengklasifikasian didasarkan atas perawakan (habitus) seperti: pohon, perdu, semak, tumbuhan memanjat dan sebagainya.
3.      Periode  Sistem  Numerik,  kira-kira  permulaan  abad  ke-18. Dalam periode  ini  sistem  klasifikasi  tumbuhan  ditandai  dengan  sifat sistem  yang murni artifisial yang sengaja dirancang sebagai sarana pembantu  dalam  identifikasi  tumbuhan.  Dalam  periode  ini tokoh  yang  paling  menonjol  adalah: K.  LINNE  (CAROLUS LINNAEUS)  (1707-1778),  yang  dilahirkan  pada tanggal  23  Mei 1707  di  Rahult,  Swedia  Selatan.  Linnaeus menerbitkan Hortus Uplandicus edisi baru yang disusun menurut sistem yang dikenal sebagai  "systema  sexuale" atau  sistem  seksual. Pada tahun 1737, Linnaeus menerbitkan Genera  Plantarumdan Flora  Lapponica di Negeri  Belanda.  Selanjutnya  Linnaeus  menerbitkan Species Plantarumyang terbit Mei 753. Sistem  klasifikasi  tumbuhan  yang  diciptakan  oleh  Linnaeus  masih dikategorikan  sebagai  sistem  artifisial.  Nama  sistem sexuale sebenarnya  tidak  begitu  tepat,  karena  pada  dasarnya  sistem ini tidak  ditekankan  pada  masalah  jenis  kelamin,  tetapi  pada jumlah alat-alat  kelamin  yaitu  jumlah  benang  sari,  seperti  nama-nama Monandria (berbenang sari tunggal), Diandria(berbenang sari dua), Triandria(berbenang  sari  tiga)  dan  seterusnya.  Itulah  sebabnya sistem  klasifikasi  tumbuhan  ciptaan  Linnaeus  ini  dikenal  pula sebagai  "sistemnumerik". Raja  Swedia menganugerahkan  gelar  bangsawan  dengan  mengubah  namanya menjadi  Karl  van  Linne. Linnaeus  mendapatkan  gelar  sebagai "Bapak taksonomi (baik untuk tumbuhan maupun hewan).
4.      Periode  sistem  klasifikasi  yang  didasarkan  atas  kesamaan  bentuk atau  sistem  alam. Menjelang berakhirnya  abad  ke-18  mulailah terjadi  perubahan-perubahan  yang  revolusioner  dalam pengklasifikasian tumbuhan.  Sistem  klasifIkasi  yang  baru ini disebut  "sistem  alam"  dalam  arti bahwa  golongan-golongan  yang terbentuk  merupakan  unit-unit  yang  wajar (natural)  bila  terdiri atas  anggota-anggota  itu,  dan  tercermin  pengertian  manusia mengenai  yang  disebut  apa  yang  dikehendaki oleh alam.  Untuk sistem  klasifikasi  tumbuhan  yang  diciptakan  dalam  periode  ini, digunakan nama "sistem aIam" (natural system) (Anonim, 2015).

C.      Evolusi Gimnospermae dan Angiospermae
1.      Evolusi Gimnospermae
Gimnospermae kemungkinan merupakan keturuanna dari progimnospermae yaitu suatu kelompok tumbuhan masa Devon. Progimnospermae pada mulanya adalah tumbuhan tak berbiji, akan tetapi pada akhir masa Devon biji telah dievolusikan. Radiasi adaptif selama Karboniferus dan awal Permium menghasilkan berbagai divisi gimnospermae (Campbell, 2000).
Bukti fosil mengungkapkan bahwa pada periode Devon akhir (sekitar 380 juta tahun yang lalu), beberapa tumbuhan mulai memperoleh adaptasi – adaptasi yang khas bagi tumbuhan berbiji. Misalnya, Archaeopteris merupakan pohon heterospor yang memiliki batang berkayu. Akan tetapi pohon ini tidak menghasilkan biji. Spesies tumbuhan vaskular tak berbiji transisional semacam itu terkadang disebut progimnosperma.
Tumbuhan penghasil biji pertama muncul pada catatan fosil yang berasal dari 360 juta tahun yang lalu, lebih dari 200 juta tahun sebelum fosil angiosperma pertama. Tumbuhan berbiji pertama ini menjadi punah, demikian pula dengan beberapa garis keturunan yang muncul belakangan. Fosil gimnospermae paling awal berumur sekitar 305 tahun yang lalu. Gimnospermae awalnya hidup di dalam ekosistem Karbon yang masih didominasi oleh likofit, ekor kuda, pakis, dan tumbuhan vaskular tak berbiji lainnya. Seiring bergantinya Periode Karbon menjadi Periode Perm, kondisi iklin yang jauh lebih kering menguntungkan penyebaran gimnospermae. Flora dan fauna berubah secara drastis seiring dengan lenyapnya banyak kelompok organisme dan menonjolkan kelompok organisme lainnya. Karbon digantikan oleh gimnospermae yang lebih sesuai dengan iklim yang kering.
Para ahli geologi menganggap akhir periode Perm sekitar 251 juta tahun yang lalu, sebagai perbatasan antara Era Paleozoikum (‘kehidupan tua’) dan Mesozoikum (‘kehidupan mengengah’). Kehidupan sangat berubah seiring dengan gimnosperma yang mendominasi ekosisten terestrial di sepanjang Mesozoikum yang berperan sebagai persediaan makanan bagi dinosaurus herbivora raksasa. Masa Mezoikum berakhir dengan kepunahan massal hampir semua dinosaurus dan banyak kelompok hewan lainnya dan planet ini perlahan – lahan menjadi dingin. Walaupun angiospermae kini mendominasi sebagian besar ekosistem darat, banyak gimnospermae yang tetap menjadi bagian penting dari flora bumi. Misalnya, wilayah luas di lintang utara ditutupi hutan – hutan gimnospermae penghasil runjung yang disebut konifer yang mencakup spruce, pinus, ara, dan redwood (Campbell, 2012).

2.      Evolusi Angiospermae
Angiosperma berawal setidaknya 140 juta tahun yang lalu dan selama Mesozoikum akhir. Pada pertengahan periode Kretaseus (100 juta yang lalu), angiospermae mulai mendominasi banyak ekosistem terestrial. Bentang alam berubah drastis seiring digantikannya konifer, sikad, dan gimnospermae lain oleh tumbuhan berbunga di berbagai dunia.
Bunga dan buah dari angiospermae membedakan kelompok ini dari gimnospermae yang masih ada dan menjadikan asal usul angiosperma yang membingungkan. Untuk memahami bagaimana bangun tubuh angiospermae muncul, para saintis mempelajari fosil, memperbaiki filogeni angiospermae, dan menjabarkan pola – pola perkembangan yang melandasi bunga dan inovasi angiospermae lainnya.
Untuk menjelaskan bangun tubuh angiospermae awal, para saintis telah lama mencoba mengidentifikasi tumbuhan berbiji mana, termasuk spesies yang telah menjadi fosil yang berkerabat paling dekat dengan angiospermae. Bukti molekuler dan morfologis menunjukkan bahwa gimnospermae yang masih ada merupakan kelompok monofiletik yang garis – garis keturunan terawalnya berdivergensi dari nenek moyang angiospermae sekitar 305 tahun yang lalu. Hal ini bukan berarti angiospermae bermula 305 juta tahun yang lalu, namun hal tersebut merupakan nenek moyang bersama yang paling baru dari gimnospermae dan angiospermae yang hidup pada masa itu.
Memahami asal usul angiospermae juga bergantung pada memecahkan urutan divergensi klad – klad angiospermae satu sama lain. Bukti molekuler dan morfologis menunjukkan bahwa Amborella dan lili air merupakan representasi dua garus keturunan angiospermae paling tua  yang masih ada.
Pada akhir 1990-an, para saintis di Cina menemukan beberapa fosil angiospermae menarik yang berumur 125 juta tahun. Fosil – fosil ini kini dinamai Archaefructus lianingensis dan Archaefrustus sinensis yang menampilkan sifat turunan dan sifat nenek moyang. Pada tahun 2002, para saintis menyelesaikan perbandingan filogenetik A. sinensis dengan 173 tumbuhan yang masih ada. Para peneliti menyimpulkan bahwa Archaefructus mungkin tergolong kelompok angiospermae yang berdivergensi paling awal yang telah diketahui. Jika Archaefructus benar – benar merupakan angiospermae paling awal, maka itu berarti nenek moyang tumbuhan berbunga merupakan herba, bukan tumbuhan berkayu (Campbell, 2012).





BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Sejarah perkembangan klasifikasi tumbuhan dibagi menjadi 4 periode, yaitu periode tertua, periode sistem  habitus, periode  sistem  numerik, dan periode  sistem  klasifikasi  yang  didasarkan  atas  kesamaan  bentuk atau  sistem  alam.
2.      Tumbuhan gimnospermae kemungkinan berasal dari tumbuhan progymnospermar yang mengalami evolus akibat radiasi adaptif, sedangkan tumbuhan angiospermae ada sekitar periode Kretaseus (100 juta yang lalu).








Daftar Pustaka

Campbell, dkk. 2010. Biologi Jilid 2 Edisi 5. Erlangga: Jakarta
------------. 2012. Biologi Jilid 2 Edisi 8. Erlangga: Jakarta
Mader, Sylvia S. 2010. Biology tenth edition. McGraw-Hill: New York

Anonim. 2015. Sejarah dan Sistem Klasifikasi Tumbuhan (online). http://fmipa.ilearn.unand.ac.id. Diakses tanggal 30 Juni 2015

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »