“VARIASI GENETIK SEBAGAI DASAR EVOLUSI, MUTASI GEN, FREKUENSI GEN DALAM POPULASI DAN HUKUM HARDY-WEINBERG”

MAKALAH EVOLUSI ORGANIK
“VARIASI GENETIK SEBAGAI DASAR EVOLUSI, MUTASI GEN, FREKUENSI GEN DALAM POPULASI DAN HUKUM HARDY-WEINBERG”
UMMLogo.jpg

Dibimbing oleh :

Drs. Lud Waluyo, M.Kes

Disusun oleh :
 Dimas Wahyu Meidi Vanto


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
 2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang atas rahmat – Nya maka saya dapat menyelesaikan tugas Makalah kelompok evolusi organik. Sholawat serta Salam senantiasa tercurahkan kepada baginda kita Nabi Besar Muhamad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman jahiliah menuju zaman Islamiah.
Adapun maksud penyusunan makalah dengan materi kajian “variasi genetik sebagai dasar evolusi, mutasi gen, frekuensi gen dalam populasi dan hukum hardy-weinberg” yakni sabagai pemenuhan tugas mata kuliah Evolusi Organik.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini tidak akan terselesaikan tanpa dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami mengucapkan terimakasih kepada Drs. Lud Waluyo, M.Kes selaku pembimbing kami dalam mengerjakan makalah ini.
Segala kritik dan saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan penyusunan makalah ini, agar menjadi terbaik bagi penyusun maupun pembaca.
Kami  berharap dengan adanya penyusunan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun penyusun sendiri, dan bagi semua yang berkepentingan.
Wassalamualaikum Wr. Wb.






DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang........................................................................................5
1.2 Rumusan masalah...................................................................................6
1.3 Tujuan.....................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Variasi Genetik.......................................................................................7
2.1.1 Mutasi Gen....................................................................................9
2.2.2 Rekombinasi Gen..........................................................................9
2.2.3 Gene Flow...................................................................................12
2.2.4 Genetic Drift................................................................................13
2.2.5 Seleksi Alam...............................................................................13
2.2 Frekuensi Gen Populasi........................................................................14
2.3 Definisi Hukum Hardy-Weinberg........................................................15
2.3.1 Kondisiyang di Perlukan untuk Keseimbangan Genetis.............17
2.3.2 Peran Seleksi...............................................................................20
2.4 Penerapan Teori Evolusi dalam Hukum hardy-Weinberg...................22
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...........................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA







BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
Evolusi merupakan salah satu kajian biologi yang menimbulkan berbagai macam pertanyaan, selain itu evolusi biasanya juga disebut sebagai teori tetapi adapula yang menyebutkan evolusi merupakan fakta. Berbagai alasan oleh para ahli baik yang pro akan terjadinya evolusi maupun kontra akan terjadinya evolusi telah dituliskan dalam bukunya masing-masing. Carles darwin merupakan salah satu tokoh evolusi yang telah menerbitkan buku yang berjudul “The Origin Spesies”. Di dalam teori carles darwin banyak para ahli lain yang mendukung maupun yang menentang teori tersebut.
Dalam prose evolusi terdapat dua faktor penting yang pertama adalah bahwa gen-gen orang tua bergabung secara acak untuk menghasilkan keturunan. Variasi ini merupakan ketentuan mutlak agar evolusi dapat terjadi.faktor kedua adalah bahwa tanpa ada perubahan maka perjuangan untuk hidup menjadi hal yang mustahil (Roger, 1988).
Evolusi juga bisa dikenal dan terjadi dilevel populasi. Populasi merupakan sekumpulan individu yang menempati habitat tertentu. Pada individu dalam populasi yang mengalami evolusi tentu disebabkan oleh beberpa faktor. Faktor tersebut diantaranya terjadinya mutasi gen dalam populasi, sehingga menyebabkan frekuensi gen dalam populasi mengalami perubahan yang awalnya hanya satu variasi menjadi banyak variasi. Hal tersebut sesuai dengan aturan atau asas dari Hardy- Weinberg (Roger, 1988).
Teori Hardy Weinberg merupakan teori yang dianggap benar menurut pandangan evolusi. Teori ini menjelaskan bahwa adanya variasi didalam kehidupan dalam suatu populasi dikarenakan adanya variasi gen. Variasi gen diantaranya adalah mutasi gen, frekuensi gen yang dapat menjadikan makhluk hidup didunia ini berbeda-beda. Mutasi gen dapat muncul karena adanya faktor-faktor yang mendukung, mutasi merupakan suatu perubahan frekuensi dan kombinasi alel gen atau kromosom secara spontan (Shidrata, 1955). Mutasi juga diartikan sebagai perubahan faktor keturunan atau sifat keturunan gen yang bersifat fisikokimiawi.istilah dan teori berasal dari hugo de vries (1848-1934), yang diterbitkan dalam bukunya : The mutation theory” tahun 1901. Frekuensi gen adalah sebab dari terjadinya mutasi gen atau bisa juga disebut faktor yang mempengaruhi mutasi gen.

1.2  RUMUSAN MASALAH
a.       Apa yang dimaksud dengan variasi genetik?
b.      Apa yang dimaksud dengan mutasi gen, serta akibat yang di timbulkan?
c.       Apa yang dimaksud dengan frekuensi gen populasi
d.      Bagaimanakah Penerapan hukum Hady-Weinberg dalam Proses evolusi?

1.3  TUJUAN
a.       Mendiskripsikan definisi dari variansi genetik.
b.      Mendiskripsikan mutasi gen dan akibat yang di timbulkan
c.       Mendiskripsikan frekuensi gen dalam populasi.
d.      Mendiskripsikan Penerapan hukum Hady-Weinberg sebagai pendukung terjadinya evolusi











BAB II
PEMBAHASAN

2.1 VARIASI GENETIK
Dalam setiap spesies terdapat anggota kelompok populasi dengan ciri-ciri yang berbeda satu sama lain. Bahkan antara dua individu, meskipun mereka merupakan anggota spesies yang sama. Keduanya dapat berbeda-beda karena variasi berbagai faktor antara lain genetik, umur, jenis kelamin, makanan, stadium daur hidup, bentuk tubuh, habitat dan lain-lain. Secara genetik tidak ada dua individu dalam spesies yang persis sama. Apalagi faktor-faktor lingkungan juga ikut berpengaruh dalam timbulnya ciri-ciri yang muncul sebagai fenotip. Perbedaan ciri yang tampak pada anggota tiap spesies ini menyebabkan adanya keanekaragaman dalam spesies.
Secara umum variasi genetik dapat dibedakan menjadi lima penyebab yakni: muatasi, rekombinasi gen, genetic drift, gen flow dan seleksi alam. Fariasi genetiklah merupakan satu-satunya kemungkinan yang dapat menerangkan proses evaluasi.  Variasi genetik timbul karena perbedaan pasangan alel, bersifat konstan dan diwariskan kepada keturunannya
 (Waluyo, 2010).
Variasi genetik dalam populasi merupakan gambar dari adanya perbedaan respon individu-individu terhadap lingkungan yang merupakan bahan dasar dari perubahan adaptif. Suatu populasi terdiri dari sejumlah individu. Dengan suatu kekecualian, maka tidak ada dua individu yang serupa, pada populasi manusia dapat kita lihat dengan mudah adanya perbedaan- perbedaan individu: misalnya ciri-ciri anatomi, fisiologi dan kelakuan yang khusus. Hal ini dapat kita lihat pada kucing dan anjing dan kuda. Variasi individu pada cacing, burung jalak, bajing atau bayam sukar sekali kita dapatkan meskipun hal itu ada. Dengan demikian, populasi terdiri dari sejumlah individu yang memiliki sifat penting tetapi berbeda satu sama lain didalam berbagai hal.

Variasi hanya dapat diterangkan secara adaptasi dan secara genetik. Variasi dapat kita lihat pada olahragawan yang otot-ototnya lebih terlatih sehingga berukuran lebih besar dari kebanyakan orang. Namun variasi adaptasi tidak dapat diturunkan secara langsung pada keturunannya. Ada variasi tertentu yang dapat diwariskan. Organisme tidaklah memrepresentasikan varian-varian yang pernah ada saja. Variasi dapat dilihat misalnya pada seleksi artifisial. Jika suatu populasi sapi secara artifisial dipilih untuk meningkatkan hasil susu, hasil susu akan meningkat sepanjang generasi. Peningkatan ini dimungkinkan oleh variasi yang dapat diwariskan bagi hasil susu. Eksistensi adaptasi juga membuktikan eksistensi variasi genetika. Adaptasi dihasilakn oleh seleksi alam dan selelsi alam tidak bisa bekerja tanpa variasi genetika. 
Variasi genetik berasal dari mutasi bahan genetika, migrasi antar populasi (aliran gen), dan perubahan susunan gen melalui reproduksi seksual. Variasi juga datang dari tukar ganti gen antara spesies yang berbeda: contohnya melalui transfer gen horizontal pada bakteria dan hibridisasi pada tanaman.Walaupun terdapat variasi yang terjadi secara terus menerus melalui proses-proses ini, kebanyakan genom spesies adalah identik pada seluruh individu spesies tersebut. Namun, bahkan perubahan kecil pada genotipe dapat mengakibatkan perubahan yang dramatis pada fenotipenya. Misalnya simpanse dan manusia hanya berbeda pada 5% genomnya.
Perbedaan- perbedaan diatas dapat kita lihat dengan nyata dan dapat pula sangat samar- samar. Dengan demikian, jika terjadi suatu seleksi  yang menentang beberapa varian dan seleksi menguntungkan untuk varian lain didalam suatu populasi, maka komposisi kesehatan dari populasi itu dapat berubah dengan berjalannya waktu, sebab sifat dari populasi itu ditentukan oleh induvidu  didalamnya. Secara umum variasi genetik dapat dibedakan menjadi 5 penyebab (agensia evolutif), yakni mutasi rekombinasi gen, genetic drift, gen flow dan seleksi alam.



2.2.1 MUTASI GEN
Mutasi gen adalah mutasi yang terjadi dari proses penggantian pasangan basa atau penyisipan basa pada molekul DNA. Dikenal dengan istilah mutasi. Karena apabila terjadi penggantian ataupun pengurangan basa jika asam amino yang dikode oleh kode triplet mRNA tidak menyebabkan pergantian jenis asam amino maka tidak terjadi perubahan fenotip yang signifikan dan hanya merubah struktur genotip saja (Susanto, 2011).
Mutasi dibedakan berdasarkan tempat terjadinya, macam sel yang mengalami mutasi, faktor penyebabnya, faktor keturunan, dan manfaat bagi individu atau populasi yang mengalaminya. Adapun dijelaskan macam-macam mutasi sebagai berikut :
a.       Mutasi berdasarkan tempat terjadinya
·         Mutasi kecil adalah perubahan yang terjadi pada susunan molekul DNA gen. Lokus gen sendiri tetap. Mutasi jenis ini menimbulkan perubahan alel.
·         Mutasi besar adalah perubahan yang terjadi pada struktur pada kromosom.  Aberasi adalah istilah khusus untuk mutasi kromosom.

b.      Mutasi berdasarkan macam sel yang mengalami mutasi
·         Mutasi somatis adalah mutasi yang terjadi pada sel soma (tubuh). Bila perubahan sel somatis semakin besar, sel-sel dapat mati dan kalau dapat bertahan hidup memiliki kelainan atau tak berfungsi secara normal.
·         Mutasi nutfah bisa juga disebut sebagai mutasi germinal. Mutasi germinal adalah mutasi yang terjadi pada sel germinal (terdapat didalam gonad) hal ini terjadi pada makhluk hidup bersel banyak bila perubahan berlangsung pada gamet, maka akibat yang diakibatkan begitu hebat dan gametpun segera mati.

c.       Mutasi berdasarkan faktor penyebab
·         Mutasi alami (spontan) adalah mutasi yang terjadi secara alami tanpa dibuat dan disengaja oleh manusia. Penyebab mutasi alami antara lain sinarkosmos, bantuan radio aktif, sinar ultraviolet matahari, suatu yang tidak jelas dalam metabolisme sehingga terjadi kekeliruan dalam sintesis bahan genetik, dan radiasi ionisasi internal dari bahan radio aktif yang mungkin terkandung dalam jaringan.
·         Mutasi buatan merupakan mutasi yang sengaja dibuat oleh manusia, biasanya diarahkan pada tujuan-tujuan tertentu misalnya bidang budidaya perakitan bibit dan lain-lain. Mutasi buatan tidak selalu berakibat buruk. Banyak sekali jasa bahan radioaktif terhadap kesejahteraan hidup manusia, terutama mengembangkan keturunan baru tanaman.
d.      Berdasarkan jumlah faktor keturunan
·         Mutasi bertahap (mutasi mikro) yaitu mutasi yang terjadi atas satu atau sekelompok kecil faktor keturunan. Penyebb fariasi yang efektif adalah mutasi bertahap.
·         Mutasi lompatan (Mutasi makro) merupakan mutasi yang terjadi atas jumlah besar atau mungkin seluruh faktor keturunan. Ada pendapat yang mengatakan bhwa penyebab fariasi yang efektif adalah mutasi lompatan. Dikatakan bhwa fariasi yang terjadi karena mutasi bertahap tidak dapat mengarah kepada terbentuknya spesies baru. Sekalipun demikian dari pendapat tersebut yang paling banyak dianut adalah pendapat adanya mutasi bertahap.
e.       Berdasarkan manfaat bagi individu atau populasi yang mengalaminya
·         Muatasi yang merugikan adalah mutasi yang berakibat timbulnya ciri dan kemampuan yang kurang atau tidak adaptif pada individu atau populasi.
·         Mutasi menguntungkan adalah mujtasi yang berakibat timbulnya ciri dan kemampuan yang semakin adaptif pada individu atau populasi. Diantara kedua macam mutasi itu, yang paling banyak terjadi adalh mutasi yang merugikan. Akan tetap dalam ruang lingkup mekanisme evolusi, dampak perubahan karena mutasi yang efektif adalah mutasi yang menguntungkan.
Ada beberapa kutipan  yang dapat membantu kita dalam usaha menyimak  pengertian  mutasi.
·       although genes can reproduce them selves exaetty  for many generations they do occasinally undergo abrupt changes called mutations. Mutations involves a change  in the chemical arrangement ag a gene  so that there is a diffrence in the structure and action of a gene “(hickman, 1970 dalam mubadi, 1985)”.
·       It is also know taht gene may undrego slight alterations, with a resultant change in some character ……” any modificationof achromosome and the accompaying altertions of a the plant in questions is a mutations “( robbins, 1957dalam mubadi, 1985):”
·       lthough gene are remarkably stable and are…………they do from a time to time undergo changes called mutations “ (ville, et al dalam mubadi, 1985.
·       Mutations is the given to all these proceses “ with result in change the heredity material(simpsom, 1957).
·       Mutasi adalah suatu perubahan  frekuensi dan kombiasi alel, gen, atau kromoson secara seketika (spontan)(sidharta, 1995).

Dari kutipan- kutipan tersebut diatas bahwa mutasi diartikan sebagai perubahan faktor keturunan atau sifat keturunan (gen) dan perubahan itu bersifat fisikokimia. Hugo de Vries meneliti mutasi pada masa itu dengan melihat fenotipe yang menyimpang yang jarang terjadi di alam. Tetapi jika mutasi terjadi, sifat berubah dan diwariskan terus ke generasi-generasi berikutnya. Hugo de Vries membuat batasan tentang variasi yaitu variasi lingkungan dan variasi genetik.

2.2.2 REKOMBINASI GEN
Rekombinasi gen merupakan salah satu peristiwa yang menyebabakan timbulnya variasi pada generasi keturunan pada saat terjadinya reproduksi seksual. Pada makhluk hidup yang berbiak secara aseksual, tidak ada kombinasi materi genetik dan individu yang berbeda sehingga akan selalu menghasilkan individu baru yang identik dengan induknya bila tidak terjadi mutasi gen.
       Penjelasan tentang rekombinasi seksual dapat dilihat uraianya pada hukum mendel 1 dan hukum mendel 2, fertilisasi yang terjadi secara kebetulan dan acak dan rekombinasi gen seksual yang salah satu sebabnya terjadi karena fariasi pada generasi keturunan (Waluyo, 2011).

2.2.3 GENE FLOW
Aliran gen atau gene flow merupakan pertukaran gen antar populasi, yang biasanya merupakan spesies yang sama. Terdapat sejumlah faktor-faktor yang mempengaruhi aliran gen antara populasi-populasi yang berbeda. Salah satu faktor yang paling signifikan pada aliran gen ini adalah mobilitas. Semakin besar mobilitas suatu individu, semakin besar potensi migrasi individu tersebut. Hewan cenderung lebih mudah berpindah daripada tumbuhan, walaupun serbuk sari dan biji dapat diangkut oleh hewan atau angin ke lokasi yang sangat jauh.
Gene flow (alur gen), akibat adanya imigran yang dapat menambah alela baru kedalam unggun gen suatu “deme”, sehingga dapat merubah frekunsi alela. Alur gen berarti kisaran imigran mulai dari yang sangat rendah kesangat tinggi tergantung dari jumlah individu yang datang dan seberapa banyak perbedaan genetik yang ada pada individu- individu dalam ” deme” yang dapat bergabung. Bila tidak ada perbedaan  yang banyak antara “ deme- deme” dalam populasi  yang besar, maka pergerakan individu dalam jumlah yang sangat kecil diantara “ deme- deme” di pandang cukup kuat dapat menjaga frekuensi alela tetap sama.
Bagaimanapun juga bila informasi genetik sangat berbeda, imigrasi kecil dapat menghasilkan perubahan frekuensi alela yang sangat besar. Misalnya  hibridisasi, perkawinan dalam ( interbreeding) diantara individu- individu yang termasuk dalam spesies  yang dianggap berbeda mungkin saja terjadi. Hibridisasi semacam itu mugkin membawa banyak alela baru kedalam populasi dan memungkinkan menjadi penyebab dimulainya kecenderungan baru dalam evolusi penerima.

2.2.4 GENETIC DRIFT
Genetic drift (hanyutan genetic) merupakan perubahan dalam kumpulan gen suatu populasi kecil akibat kejadian acak. Hanya factor keberuntungan saja yang mengakibatkan hanyutan acak dapat memperbaiki daya adaptasi populasi itu ke lingkunganya.
Genetic drift adalah lepasnya frekuensi alela secara kebetulan. Peristiwa ini sangat berarti pada populasi yang sangat kecil. Kenyataannya 1 dari 2 alela mempunyai peluang untuk lepas adalah kira-kira 0, 8%. Hilangnya gen selalu mempengaruhi frekuensi alela pada beberapa tingkat tetapi pengaruh tersebut menurun pada  populasi yang berukuran besar. Karena itu dalam populasi kecil, kurang dari 100 individu hilangnya gen masih cukup kuat pengaruhnya terhadap frekuensi alela, meskipun ada agenesia evolutif lain yang berperanan pada saat itu juga  terhadap perubahan frekuensi alela dalam arah yang berbeda.

2.2.5  GENE POOL
Evolusi adalah perubahan susunan genetik pada generasi yang berurutan. Untuk mengetahui evolusi, sangat baik jika mengetahui tentang genetika dari populasi (population genetik). Genetika individu selalu menyangkut konsep genotif yakni konstitusi genetika pada individu. Studi mengenai genetika dari populasi juga tergantung pada konsep gene pool, yakni konstitusi genetis suatu populasi.

Gene pool adalah jumlah dari seluruh gen (termasuk plasma gen) yang dimiliki oleh semua individu. Genotip dari individu diploid hanya dapat mempunyai suatu maksimal jumlah dari dua alel dari suatu gen. Pembatasan ini tidak dijumpai pada gene pool dari suatu populasi. Disini dapat terdapat setiap jumlah dari gen. kita melihat gen pool dari sudut setiap macam gen dengan frekuensi atau perbandingan alel gen A dan a pada suatu populasi yang berbiak secara seksual. Dan misalnya juga bahwa alel A merupakan 90 % dari jumlah kedua alel, sedangkan alel a merupakan 10 % dari jumlah itu. Akan kita katakan kemudian bahwa frekuensi A dan a pada gen pool populasi ini adalah 0,9 dan 0,1. Bila frekuensi ini berubah dengan berubahnya waktu, maka perubahan ini merupakan perubahan evolusi.
Kalau kita katakan bahwa evolusi adalah perubahan di dalam komposisi genetis dari populasi, yang kita artikan adalah suatu perubahan dari frekuensi genetis di dalam suatu gen pool. Itulah sebabnya faktor penyebab evolusi dapat kita tentukan dengan menentukan faktor apa yang dapat menghasilkan suatu pergeseran dari frekuensi genetis.

2.2.6  SELEKSI ALAM
Seleksi alam yang dimaksud dalam teori evolusi adalah makhluk hidup yang tidak mampu beradaptasi dengan lingkungannya yang lama kelamaan akan punah. Makhluk hidup yang tertinggal hanya makhluk hidup yang mampu beradaptasi dengan lingkungannya dan sesama makhluk hidup akan saling bersaing untuk mempertahankan hidupnya.
Seleksi alam hanya bisa mengubah frekuensi sesuatu yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Seleksi alam pada dasarnya menyesuaikan frekuensi gen dan memantapkan gen yang menghasilkan adaptasi sehingga memberikan kemampuan untuk memproduksi gen lain. Agar suatu unsur lulus oleh seleksi alam, ia harus merupakan variasi yang dapat diwariskan. Kemudian frekuensinya dapat meningkat dari generasi ke generasi.
Seleksi alam dapat bekerja pada variasi genetik hanya kalau dinyatakan sebagai variasi fenotipik. Suatu alel yang sama sekali resesif akan tertutup oleh aksi seleksi alam.Tetapi sebenarnya hanya terdapat sedikit alel yang sama biasa kita katakan resesif, mungkin mempunyai pengaruh fenotipik meskipun sangat sedikit.
Seleksi alam dalam sebuah populasi untuk sebuah sifat yang nilainya bervariasi, misalnya tinggi badan, dapat dikategorikan menjadi tiga jenis. Yang pertama adalah seleksi berarah (directional selection), yang merupakan geseran nilai rata-rata sifat dalam selang waktu tertentu, misalnya organisme cenderung menjadi lebih tinggi. Kedua, seleksi pemutus (disruptive selection), merupakan seleksi nilai ekstrem, dan sering mengakibatkan dua nilai yang berbeda menjadi lebih umum (dengan menyeleksi keluar nilai rata-rata). Hal ini terjadi apabila baik organisme yang pendek ataupun panjang menguntungkan, sedangkan organisme dengan tinggi sedang tidak. Ketiga, seleksi pemantap (stabilizing selection), yaitu seleksi terhadap nilai-nilai ektrem, menyebabkan penurunan variasi di sekitar nilai rata-rata. Hal ini dapat menyebabkan organisme secara pelahan memiliki tinggi badan yang sama.
Kombinasi gen baru yang dihasilkan dari seleksi sering menghasilkan suatu perubahan alel yang awalnya resesif menjadi dominan. Suatu alel tidak bertindak secara otomatis sebagai resesif atau dominan. Latar belakang genetik menentukan aktivitas suatu alel. Bila latar genesis berubah lewat pergeseran dari suatu gen, maka aktivitas dari gen – gen lain sampai pada batas tertentu.
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa pada populasi biparental, seleksi alam atau buatan menentukan arah perubahan. Sebagian besar dengan perubahan frekuensi dari gen yang muncul karena mutasi sembarang (random mutation) dari beberapa generasi sebelumnya. Hal ini akan mewujudkan adanya kombinasi gen yang berudan aktivitas gen yang menghasilkan fenotip baru. Mutasi yang umumnya bukanlah suatu kekuatan pengaruh pada evolusi, peran evolusi yang terutama bagi mutasi baru (dan kombinasi baru dari gen) adalah pengganti persediaan variabilitas di dalam gen pool, yang pada akhirnya melengkapi potensi mana seleksi yang akan datang dapat bertindak.
Kasus khusus seleksi alam adalah seleksi seksual, yang merupakan seleksi untuk sifat-sifat yang meningkatkan keberhasilan perkawinan dengan meningkatkan daya tarik suatu organisme. Sifat-sifat yang berevolusi melalui seleksi seksual utamanya terdapat pada pejantan beberapa spesies hewan. Walaupun sifat ini dapat menurunkan keberlangsungan hidup individu jantan tersebut (misalnya pada tanduk rusa yang besar dan warna yang cerah dapat menarik predator). Ketidakuntungan keberlangsungan hidup ini diseimbangkan oleh keberhasilan reproduksi yang lebih tinggi pada penjantan.
Contoh seleksi alam misalnya yang terjadi pada ngengat Biston betularia. Ngengat Biston betularia putih sebelum terjadinya revolusi industri jumlahnya lebih banyak daripada ngengat Biston betularia hitam. Namun setelah terjadinya revolusi industri, jumlah ngengat Biston betularia putih lebih sedikit daripada ngengat Biston betularia hitam. Ini terjadi karena ketidakmampuan ngengat Biston betularia putih untuk beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Pada saat sebelum terjadinya revolusi di Inggris, udara di Inggris masih bebas dari asap industri, sehingga populasi ngengat Biston betularia hitam menurun karena tidak dapat beradaptsi dengan lingkungannya. namun setelah revolusi industri, udara di Inggris menjadi gelap oleh asap dan debu industri, sehingga populasi ngengat Biston betularia putih menurun karena tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan, akibatnya mudah ditangkap oleh pemangsanya.






2.2. FREKUENSI GEN POPULASI
Frekuensi gen adalah perbandingan antara gen kesatu dan gen lainnya didalm suatu populasi. Frekuensi ini dijelaskan dalam asas hardy-weinberg yang menyatakan bahwa frekuensi alel dan frekuensi genotip dalam suatu populasi akan tetap konstan, yakni berada dalam kesetimbangan dari satu generasi ke generasi lainnya kecuali apabila terdapat pengaruh- pengaruh tersebut meliputi perkawinan tak acak, mutasi seleksi, ukuran populasi terbatas, hanyutan genetik, dan aliran gen. Adalah penting untuk dimengerti bahwa diluar laboratorium, satu atau lebih pengaruh ini akan selalu ada. Oleh karena itu, kesetimbangan hardy-weinberg sangatlah tidak mungkin terjadi dialam. Kesetimbangan genetik adalah suatu keadaan ideal yang dapat dijadikan sebagai garis dasar untuk mengukur perubahan genetik.
Frekuensi alel yang statis dalam suatu populasi dari generasi ke generasi mengasumsikan adanya perkawinan acak, tidak adanya mutasi, tidak adanya migrasi, ataupun meingrasi, populasi yang besarnya tak terhingga dan ketiadaan tekanan seleksi tehadap sifat-sifat tertentu. Peristiwa mutasi akan mengakibatkan terjadinya perubahan ferkuensi gen, sehingga akan mempengaruhi fenotipe dan genotipe. Faktor yang mempengaruhi frekuensi gen adalah seleksi, mutasi, pencampuran populasi, silang dalam dan silang luar, dan genetic dirft

2.3 DEFINISI HUKUM HARDY-WEINBERG
Populasi mendelian yang berukuran besar sangat memungkinkan terjadinya kawin acak (panmiksia) di antara individu-individu anggotanya. Artinya, tiap individu memiliki peluang yang sama untuk bertemu dengan individu lain, baik dengan genotipe yang sama maupun berbeda dengannya. Dengan adanya sistem kawin acak ini, frekuensi alel akan senantiasa konstan dari generasi ke generasi. Prinsip ini dirumuskan oleh G.H. Hardy, ahli matematika dari Inggris, dan W.Weinberg, dokter dari Jerman, sehingga selanjutnya dikenal sebagai hukum keseimbangan Hardy-Weinberg.
Di samping kawin acak, ada persyaratan lain yang harus dipenuhi bagi berlakunya hukum keseimbangan Hardy-Weinberg, yaitu tidak terjadi migrasi, mutasi, dan seleksi. Dengan perkatan lain, terjadinya peristiwa-peristiwa ini serta sistem kawin yang tidak acak akan mengakibatkan perubahan frekuensi alel.
Deduksi terhadap hukum keseimbangan Hardy-Weinberg meliputi tiga langkah, yaitu :
(1)         Dari tetua kepada gamet-gamet yang dihasilkannya
(2)         Dari penggabungan gamet-gamet kepada genotipe zigot yang dibentuk
(3)         Dari genotipe zigot kepada frekuensi alel pada generasi keturunan.

Sehingga dapat kita simpulkan bahwa perubahan evolusi tidak terjadi. Hal ini dapat diketahui oleh Hardy (1908) dari Cambrige University dan Weinberg dari jerman yang bekerja secara terpisah. Secara singkat dikatakan di dalam rumus Hardy-Weinberg yaitu “Di bawah suatu kondisi yang stabil, baik frekuensi gen maupun perbandingan genotip akan tetap (konstan) dari generasi ke generasi pada populasi yang berbiak secara seksual”.

2.3.1        Kondisi yang Diperlukan untuk Keseimbangan Genetis
Perlu diteliti apakah yang dimaksud dengan kondisi pada hokum Hardy – Weinberg, sehingga menyebabkan gene pool dari suatu populasi berada di dalam keseimbangan genetis. Kondisi tersebut digambarkan sebagai berikut:
·         Populasi harus cukup besar, sehingga suatu faktor kebetulan saja tidak mungkin mengubah frekuensi genetis secara berarti.
·         Mutasi tidak boleh terjadi, atau harus terjadi keseimbangan secara mutasi.
·         Harus tidak terjadi emigrasi dan imigrasi.
·         Reproduksi harus sama sekali sembarang (random).


Secara teoritis, suatu populasi harus begitu besar sehingga dapat dianggap bukan merupakan faktor penyebab dari perubahan frekuensi genetis. Dalam kenyataan, tidaklah ada populasi yang besarnya tidak terbatas, tetapi beberapa populasi alami dapat cukup besar sehingga perubahan sedikit saja tidak cukup menjadi penyebab dari perubahan yang berarti pada frekuensi genetis gene pool mereka.
Suatu populasi produktif yang terdiri lebih dari 10.000 anggota yang dapat berbiak, mempunyai kemungkinan besar tidak dipengaruhi secara berarti oleh perubahan sembarang, yang dapat menuju kepada lenyapnya suatu alel dari gene pool, meskipun alel itu merupakan alel superior. Di dalam populasi yang demikian, ternyata hanya terdapat sangat kecil alel yang mempunyai frekuensi antara, rupanya semua alel itu mempunyai kecenderungan untuk hilang dengan segera atau tertahan sebagai satu – satunya alel yang ada. Dengan perkataan lain, populasi kecil mempunyai kecenderungan besar untuk menjadi homozigot, sedangkan populasi besar cenderung untuk lebih bermacam – macam.
Jadi suatu kesempatan dapat menyebabkan perubahan evolusi di dalam populasi kecil, tetapi perubahan ini kadang – kadang disebut juga genetic drift atau pergeseran genetis tidak dipengaruhi secara besar oleh adaptivitas relative dari berbagai gen. Hal ini disebut sebagai evolusi pertengahan (intermediate evolution). Syarat kedua bagi keseimbangan mutasi mungkin tidak dijumpai pada suatu populasi.

2.3.2        Peranan Seleksi Alam
Setelah ditemukan daya antibiotik dari penisilin, kemudian diketahui pula bahwa suatu bakteri yang disebut Staphylococcus aureus dapat dengan cepat tumbuh resistan terhadap antibiotic tersebut. Akan dibutuhkan dosis yang lebih tinggi lagi untuk membunuh bakteri tersebut, jadi nyatalah bahwa di bawah pengaruh seleksi penisilin yang kuat, maka populasi bakteri mengalami perubahan secara evolusi. Fenomena ini telah diselidiki secara mendalam di laboratorium secara eksperimental. Pada eksperimen tersebut menujukkan, kultur dari berjuta – juta bakteri mati, dan hanya beberapa yang dapat hidup terus. Kalau sisa bakteri yang hidup ini dikenai penisilin dari dosis yang sama, maka hampir semua bakteri dapat hidup.
Gen untuk kekebalan mungkin telah ada pada populasi sebelum percobaan di atas dimulai, dan antibiotic hanyalah membunuh bakteri yang tidak mempunyai gen ini, yang ditinggalkan hanyalah bakteri yang mempunyai gen kekebalan. Dengan perkataan lain, penisilin mungkin hanya melakukan suatu tekanan seleksi yang kuat terhadap gen yang tidak kebal, sehingga menyebabkan adanya pergeseran besar pada frekuensi tersebut.
Dari beberapa percobaan diketahui bahwa keterangan pertama rupanya benar. Obat ini tidak menyebabkan adanya mutasi untuk kekebalan, hanya mengadakan seleksi terhadap bakteri yang tidak kebal. Beberapa gen yang menentukan jalan metabolism yang menyebabkan resistensi terhadap penisilin sudah ada di dalam kebanyakan populasi pada frekuensi rendah yang muncul mula – mula sekali sebagai hasil mutasi sembarang. Seandainya gen semacam itu belum ada pada populasi yang terkena penisilin, tidak akan ada sel dari populasi yang dapat hidup dan populasi tersebut akan tersapu bersih.
Hal tersebut di atas, tidak berarti bahwa mutasi baru tidak dapat memperbaiki kekebalan, malahan seleksi terus menerus oleh penisilin biasanya menuju ke arah penambahan resistensi secara gradual. Hal ini sudah hampir dipastikan sebagai hasil dari mutasi. Tetapi mutasi tidak dihasilkan oleh kondisi sama yang menyeleksi gen mutan yang telah timbul.
Keuntungan mutasi pada suatu keadaan keliling yang mengandung penisilin dapat timbul sewaktu obat itu dimasukkan sebagai hal yang terjadi secara kebetulan. Sebab mutasi yang serupa dapat juga timbul meskipun penisilin tidak ada. Evolusi resistensi obat pada bakteri tidak dapat disamakan seluruhnya pada evolusi organisme biparental, sebab seleksi yang hebat dapat mengubah frekuensi genetis lebih cepat pada organism haploid aseksual daripada organisme biparental.
Rekombinasi yang terjadi pada setiap generasi pada spesies biparental sering menimbulkan kembali genotip yang hilang pada generasi sebelumnya. Hal ini tidak akan terjadi pada organisme aseksual. Tetapi bagaimanapun juga, suatu tekanan seleksi yang sangat kecil dapat menimbulkan suatu pergeseran besar pada frekuensi gen suatu populasi biparental kalau jangka waktunya mencapai 50.000 tahun (meskipun waktu ini relative sangat pendek). Hal tersebut pernah diperhitungkan Haldane bahwa jika suatu alel dominan yang memperkuat suatu individu dibawa oleh satu bagian dari 1000 (misalnya 1000 individu dari AA yang dapat hidup dan berbiak untuk alel dominan dapat bertambah dari alel resesif).

2.4 PENERAPAN DAN TEORI EVOLUSI HUKUM HARDY-WEINBERG
Populasi mendelian yang berukuran besar sangat memungkinkan terjadinya kawin acak (panmiksia) diantara individu- individu anggotanya. Aratinya, tiap individu memiliki peluang yang sama untuk bertemu dengan individu yang lain baik dengan genotip yang sama maupun berbeda dengannya. Dengan adanya sistem kawin acak ini, frekuensi alel akan senantiasa konstan dari generasi ke generasi. Disamping kawin acak, ada persyaratan lain yang harus dipenuhi bagi berlakunya hukum keseimbangan hardy-weinberg, yaitu tidak terjadi kigrasi, mutasi, dan seleksi. Dengan perkataan lain, terjadinya peristiwa – peristiwa ini serta sistem kawin yang tidak acak akan mengakibatkan perubahan frekuensi alel. Deuksi terhadpa hukum keseimbangan hardy-weinberg meliputi 3 langkah yaitu :
a.       Dari tetua kepada gamet – gamet yang dihasilkan
b.      Dari penggabungan gamet-gamet kepada genotip yang dibentuk
c.       Dari genotip zigot pada frekuensi alel pada generasi  keturunan








BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa:
1.       Evolusi merupakan suatu perubahan, perkembangan atau pertumbuhan secara berangsur-angsur. Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh kombinasi tiga proses utama: variasi, reproduksi, dan seleksi.
  1. Variasi genetik dalam populasi merupakan gambar dari adanya perbedaan respon individu-individu terhadap lingkungan yang merupakan bahan dasar dari perubahan adaptif.  Jadi, tidak ada dua individu  yang serupa, pada populasi manusia dapat kita lihat dengan muda adanya perbedaan- perbedaan individu.
  2. Mutasi terjadi secara acak, yang beradaptasi hanya sebagian kecil. Bila suatu mutasi mempunyai nilai ketahanan dan bentuk baru yang diturunkan telah nampak, maka ketahanan, kedewasaan dan reproduksi dari bentuk baru itu tidak bersifat acak lagi.
  3. Ada beberapa macam mutasi atas dasar sudut pandang tertentu :
    • Berdasarkan tempat terjadinya
    • Berdasarkan macam sel yang mengalami mutasi
    • Berdasarkan faktor penyebab mutasi
    • Berdasarkan jumlah faktor keturunan
    • Berdasarkan manfaat bagi individu atau populasi yang mengalami
  4. Rekombinasi gen adalah salah satu peristiwa yang menyebabkan timbulnya variasi pada generasi keturunan pada saat terjadinya reproduksi seksual.
  5. Aliran gen atau gene flow merupakan pertukaran gen antar populasi, yang biasanya merupakan spesies yang sama. Salah satu faktor yang paling signifikan pada aliran gen ini adalah mobilitas.
7.       Genetic drift (hanyutan genetic) merupakan perubahan dalam kumpulan gen suatu populasi kecil akibat kejadian acak. Hanya factor keberuntungan saja yang mengakibatkan hanyutan acak dapat memperbaiki daya adaptasi populasi itu ke lingkunganya.
8.       Seleksi alam adalah makhluk hidup yang tidak mampu beradaptasi dengan lingkungannya yang lama kelamaan akan punah. Makhluk hidup yang tertinggal hanya makhluk hidup yang mampu beradaptasi dengan lingkungannya dan sesama makhluk hidup akan saling bersaing untuk mempertahankan hidupnya.
  1. Gene pool adalah jumlah dari seluruh gen (termasuk plasma gen) yang dimiliki oleh semua individu. Genotip dari individu diploid hanya dapat mempunyai suatu maksimal jumlah dari dua alel dari suatu gen.
  2. Populasi mendelian yang berukuran besar sangat memungkinkan terjadinya kawin acak (panmiksia) di antara individu-individu anggotanya. Artinya, tiap individu memiliki peluang yang sama untuk bertemu dengan individu lain, baik dengan genotipe yang sama maupun berbeda dengannya. Dengan adanya sistem kawin acak ini, frekuensi alel akan senantiasa konstan dari generasi ke generasi. Prinsip ini dirumuskan oleh G.H. Hardy, ahli matematika dari Inggris, dan W.Weinberg, dokter dari Jerman,. sehingga selanjutnya dikenal sebagai hukum keseimbangan Hardy-Weinberg.








DAFTAR PUSTAKA

Batten L, Roger.1988.Evolution of the Earth.United States of America
Ridley, Mark.1991.Masalah-masalah Evolusi. Universitas Indonesia. Jakarta
Waluyo, Lud.2006. Evolusi Organik. UMM Press. Malang              
Waluyo, Lud.2010. Miskonsepsi dan Kontroversi Evolusi Serta Implikasinya pada Pembelajaran.UMM Press. Malang




Share this

Related Posts

Previous
Next Post »