SISTEM SIRKULASI PADA HEWAN DAN MANUSIA

SISTEM SIRKULASI PADA HEWAN DAN MANUSIA

A. Sistem Sirkulasi pada Hewan
Sistem sirkulasi pada hewan dibedakan menjadi 3, yaitu :
Sistem difusi : terjadi pada avertebrata rendah seperti paramecium, amoeba maupun hydra belum mempunyai sistem sirkulasi berupa jantung dengan salurannya yang merupakan jalan untuk peredaran makanan. Makanan umumnya beredar keseluruh tubuh karena adanya aliran protoplasma.
Sistem peredaran darah terbuka : jika dalam peredaran-nya darah tidak selalu berada di dalam pembuluh.
Misal : Arthropoda
Sistem peredaran darah tertutup : jika dalam peredaran-nya darah selalu berada di dalam pembuluh.
Misal : Annelida, Mollusca, Vertebrata.
1. Porifera

Belum memiliki sistem sirkulasi khusus, tubuhnya terdiri atas dua lapisan sel, lapisan dalam terdiri atas sel-sel yang disebut koanosit. Koanosit berfungsi menangkap makanan secara fagosit yang selanjutnya disebarkan keseluruh tubuh oleh amoebosit.
2. Hydra
Pada dinding sebelah dalam dari tubuh Hydra berfungsi sebagai pencerna dan juga berfungsi sebagai sirkulasi.
3. Platyhelminthes
Sel mesenkim berrfungsi membantu distribusi makanan yang telah dicernakan. Makanan yang tidak dicerna dikeluarkan melalui mulut, misal pada Planaria.
4. Annelida
Memiliki sistem peredaran darah tertutup, yang terdiri dari pembuluh darah dorsal, pembuluh darah ventral dan lima pasang lengkung aorta yang berfungsi sebagai jantung, misal pada cacing tanah (Pheretima).
Arah aliran darah :
Lengkung aorta  pembuluh ventral  kapiler (seluruh jaringa tubuh)  pembuluh dorsal  lengkung aorta (pembuluh jantung).
Oksigen diabsorbsi melalui kulit dan dibawa pembuluh kapiler menuju ke pembuluh dorsal. Pertukaran darah terjadi paad kapiler. Darah cacing tanah mengandung haemoglobin yang terlarut dalam cairan darahnya.
5. Mollusca
Memiliki sistem peredaran darah tertutup. Jantung pada hewan ini sudah terdapat atrium (serambi) dan ventrikel (bilik) serta terdapat pembuluh darah vena dan arteri, misal pada keong (Pila globosa).
6. Arthropoda
Memiliki sistem peredaran darah terbuka. Jantung disebut jantung pembuluh. Darah dan cairan tubuh serangga disebut hemolimfa.
Arah aliran darah :
Bila jantung pembuluh berdenyut maka hemolimfe mengalir melalui arteri ke rongga tubuh  jaringan tubuh tanpa melalui kapiler  jantung pembuluh melalui ostium.
Fungsi hemolimfa adalah mengedarkan zat makanan ke sel-sel. Hemolimfe tidak mengandung haemoglobin sehingga tidak mengikat oksigen dan darah tidak berwarna merah. O2 dan CO2 diedarkan melalui sistem trakea.
7. Pisces
Jantung ikan terdiri :
- 2 ruang : meliputi 1 atrium (serambi) dan 1 ventrikel (bilik)
- Sinus venosus : yang menerima darah dari vena kardinalis anterior dan vena kardinalis posterior.
Arah aliran darah :
Darah dari jantung keluar melalui aorta ventral menuju insang. Di insang aorta bercabang menjadi arteri brankial dan akhirnya menjadi kapiler-kapiler (terjadi pertukaran gas yaitu pelepasan CO2 dan pengambilan O2 dari air. Dari kapiler insang darah mengalir ke aorta dorsal, kemudian ke kapiler seluruh tubuh untuk memberikan O2 dan sari makanan serta mengikat CO2 . Selanjutnya darah kembali ke jantung melalui vena kardinalis anterior dan vena kardinalis posterior.
Peredaran ikan termasuk peredaran darah tunggal (dalam satu kali peredarannya, darah melalui jantung satu kali).
8. Amphibia
Jantung katak terdiri :
- 3 ruang : 2 atrium dan 1 ventrikel
- Sinus venosus : menampung darah dari pembuluh
besar yang akan masuk ke atrium kanan.
Arah aliran darah :
Darah yang kaya O2 dari paru-paru dan kulit masuk ke atrium kiri. Darah yang miskin O2 masuk ke atrium kanan dengan perantaraan sinus venosus. Dari atrium darah masuk ke ventrikel sehingga terjadi percampuran darah yang kaya O2 dan darah yang miskin O2 . Dari ventrikel darah yang kaya O2 dipompa ke jaringan tubuh dan pada saat darah yang miskin O2 dialirkan ke paru-paru ke kulit untuk memperoleh O2.
Peredaran darah katak termasuk peredaran darah ganda (dalam satu kali peredarannya, darah melewati jantung 2 kali).
9. Reptilia
Jantung reptilia terbagi menjadi 4 ruang, yaitu :
- 2 atrium : – 1 atrium dekster (serambi kanan)
– 1 atrium sinister (serambi kiri)
- 2 ventrikel : – 1 ventrikel dekster (bilik kanan)
– 1 ventrikel sinister (bilik kiri)
Sekat di antara ventrikel kiri dan ventrikel kanan belum sempurna.
Peredaran darah reptilia merupakan peredaran darah ganda.
Pada buaya, sekat ventrikel terdapat suatu lobang yang disebut foramen panizzae yang memungkinkan pemberian O2 ke alat pencernaan dan untuk keseimbangan tekanan dalam jantung sewaktu penyelam di air.
10. Aves
Jantung aves terbagi menjadi 4 ruang, yaitu :
- 2 atrium : – 1 atrium dekster (serambi kanan)
– 1 atrium sinister (serambi kiri)
- 2 ventrikel : – 1 ventrikel dekster (bilik kanan)
– 1 ventrikel sinister (bilik kiri)
Sekat di antara ventrikel kiri dan ventrikel kanan sempurna sehingga tidak terjadi percampuran darah yang kaya O2 dan yang miskin O2 . Peredaran darah reptilia merupakan peredaran darah ganda.
11. Mamalia
Jantung mamlia terbagi menjadi 4 ruang, yaitu :
- 2 atrium : – 1 atrium dekster (serambi kanan)
– 1 atrium sinister (serambi kiri)
- 2 ventrikel : – 1 ventrikel dekster (bilik kanan)
– 1 ventrikel sinister (bilik kiri)
Sekat di antara ventrikel kiri dan ventrikel kanan sempurna sehingga tidak terjadi percampuran darah yang kaya O2 dan yang miskin O2 . Peredaran darah reptilia merupakan peredaran darah ganda.
B. Sistem Sirkulasi pada Manusia
Fungsi darah :
1. Sebagai alat transport :
- O2 dari paru-paru diangkut keseluruh tubuh
- CO2 diangkut dari seluruh tubuh ke paru-paru
- Sari makanan diangkut dari jonjot usus ke seluruh
jaringan yang membutuhkan.
- zat sampah hasil metabolisme dari seluruh tubuh
ke alat pengleluaran.
- Mengedarkan hormon dari kelenjar endokrin (ke-
lenjar buntu) ke bagian tubuh tertentu.
2. Mengatur keseimbangan asam dan basa
3. Sebagai pertahanan tubuh dari infeksi kuman
4. Untuk mengatur stabilitas suhu tubuh
1. Sel-sel darah (bagian padat)
a. Eritrosit (sel darah merah)
Tidak berinti, mengandung Hb (protein yang mengandung senyawa hemin dan Fe yang mempunyai daya ikat terhadap O2 dan CO2), bentuk bikonkav, dibuat dalam sumsum merah tulang pipih sedang pada bayi dibentuk dalam hati. Dalam 1 mm3 terkandung  5 juta eritrosit (laki-laki) dan  4 juta eritrosit (wanita).
Setelah tua sel darah merah akan dirombak oleh hati dan dijadikan zat warna empedu (bilirubin).
b. Leukosit (leukosit)
Mempunyai inti, setiap 1 mm3 mengandung 6000 – 9000 sel darah putih, bergerak bebas secara ameboid, berfungsi melawan kuman secara fagositosis, dibentuk oleh jaringan retikulo endothelium disumsum tulang untuk granulosit dan kelenjar limpha untuk agranulosit.
Leukosit, meliputi :
- Granulosit : merpakan sel darah putih yang
bergranula :
Neutrofil : granula merah kebiruan, bersifat fagosit.
Basofil : granula biru, fagosit.
Eosinofil : granula merah, fagosit.
- Agranulosit : merupakan sel darah putih yang
sitoplasmanya tidak bergranula :
Monosit : inti besar, bersifat fagosit, dapat bergerak cepat.
Limphosit : inti sebuah, untuk imunitas, tidak dapat bergerak.
c. Trombosit (sel darah pembeku)
Tidak berinti dan mudah pecah, bentu tidak teratur, berperan dalam pembekuan darah, keadaan normal 1 mm3 mengandung 200.000 – 300.000 butir trombosit.
Mekanisme pembekuan darah :
mengeluarkan
a. Trombosit pecah tromboplastin/
faktor antihemofili trombokinase.
b. Protombin trombin
Ca++ dan Vit.K
c. Fibrinogen fibrin
Untuk keperluan tertentu, misal dalam proses pengambilan darah dari donor, maka pembekuan darah dapat dihindarkan dengan jalan :
- Mendinginkan darah mendekati titik bekunya. Tujuannya untuk menhalangi pembentukan trombin.
- Memberi garam natrium oksalat atau natrium sitrat. Tujuan mengendapkan ion Ca, sehingga pengubahan protrombin menjadi trombin terhambat.
- Pemberian heparin atau dikumarol yang merupakan zat antikoagulan (anti pembekuan darah). Zat ini digunakan untuk mencegah pembekuan darah dalam transfusi darah dan pada saat operasi.
- Mencegah persentuhan dengan permukaan yang kasar, misal menggunakan alat pengambil darah yang sangat tajam dan permukaan alat yang licin dan halus.
2. Plasma darah (cairan darah)
a. Protein, meliputi :
- fibrinogen : untuk pembekuan darah
- albumin : menjaga tekanan osmotik darah
- globulin : membentuk zat kebal / zat antibodi
Berdasarkan kerjanya zat anti dibedakan :
- prepsipitin : kerjanya menggumpalkan darah
- lisin : memecah antigen
- antitoksin : menetralkan racun
b. Sari-sari makanan, meliputi :
- glukosa
- asam amino
- asam lemak
- gliserin
c. Garam mineral, meliputi :
- kation : Na+, K++, Ca++, Mg++
- anion : Cl-, HCO3-, PO4-
d. Zat hasil produksi sel, meliputi :
- hormon
- enzim
- antibodi
e. Zat hasil sisa metabolisme, meliputi :
- urea
- asam ureat
f. Gas-gas pelepasan, meliputi :
- O2
- CO2
- N2
1. Jantung (cor)
Merupakan alat pemompa darah. Jantung terdiri dari otot jantung (miokardium), selaput jantung (perikardium) dan selaput yang membatasi ruangan jantung (endokardium).
Otot jantung mendapatkan zat makanan dan O2 dari arah melalui arteri koroner. Peristiwa penyumbatan arteri koroner disebut koronariasis.
Jantung terdiri dari 4 ruang, yaitu 2 atrium dan 2 ventrikel.
- Atrium (serambi)
Merupakan ruangan tempat masuknya darah dari pembuluh balik (vena). Atrium kanan (dekter) dan atrium kiri (sinister) terdapat katup valvula bikuspidalis. Pada fetus antara atrium kanan danatrium kiri terdapat lubang disebut foramen ovale.
- Ventrikel (bilik)
Ventrikel mempunyai otot lebih tebal dari atrium, dan ventrikel kiri lebih tebal daripada ventrikel kanan, karena berfungsi memompakan darah keluar jantung. Antara ventrikel kanan dan ventrikel kiri terdapat katup valvula trikuspidalis.
Saat ventrikel berkontraksi, darah dari ventrikel kiri yang kaya O2 dipompakan menuju aorta. Sedangkan darah dari ventrikel kanan yang kaya CO2 dipompakan melalui arteri paru-paru (arteri pulmonalis). Bila ventrikel mengendur (relaksasi) maka jantung akan menerima darah vari vena cava superior, dan vena cava inferior yang kaya CO2 masuk ke dalam atrium kanan. Sedangkan darah dari pembuluh balik paru-paru (vena pulmonalis) yang kaya O2 masuk ke atrium kiri.
Pada jantung yang mengempis (kontraksi) maka tekanan jantung menjadi maksimum disebut sistole. Keadaan jantung yang relaksasi (mengendur) maksimum, maka tekanan ruang jantung menjadi minimum disebut diastole.
Jantung manusia berdenyut kira-kira 70 – 80 kali setiap menit, sehingga dalam sehari  100.000 kali. Pada bayi yang baru lahir berdenyut  130 setiap menit. Umur 20 tahun  72 / menit dan 45 tahun  75 / menit.
2. Pembuluh darah
- Pembuluh nadi (arteri) : pembuluh darah yang membawa darah dari jantung.
- Pembuluh vena (balik) : pembuluh darah yang membawa darah ke jantung.
Perbedaan antara arteri dan vena.
Obyek
Arteri (pembuluh nadi)
Vena (pembuluh balik)
Dinding
Aliran
Darah
Tekanan
Letak
Katup
Nama
Tebal, elastis
Meninggalkan jantung
Kaya O2 kecuali arteri pulmonalis.
Jika terpotong darah memancar.
Agak ke dalam
Hanya satu dipangkal aorta.
Sesuai dengan organ yang dituju.
Tipis, kurang elastis
Menuju ke jantung
Kaya CO2 kecuali vena pulmonalis.
Jika terpotong, darah hanya menetes.
Di permukaan tubuh
Banyak terdapat di sepanjang vena yang besar.
Sesuai dengan organ yang ditinggalkan.
Macam-macam peredaran darah :
1. Peredaran darah kecil, melalui :
Ventrikel kanan  arteri pulmonalis  paru-paru  vena pulmonalis  atrium kiri.
Atau :
Jantung  paru-paru  jantung
2. Peredaran darah besar, melalui :
Ventrikel kiri  aorta  arteri  arteriola  kapiler  venula  vena  vena cava superior dan vena cava inferior  atrium kanan.
Atau :
Jantung  seluruh tubuh  jantung
3. Sistem portae
Darah sebelum masuk kembali ke jantung terlebih dahulu masuk ke dalam suatu organ yang disebut sistem portae.
Pada mamalia/ manusia hanya terdapat satu sistem portae yaitu sistem portae hepatica.
Pembuluh limpha (pembuluh getah bening)
1. Pembuluh limpha dada kanan (ductus limfaticus dekster).
Menerima aliran limpha dari daerah kepala, leher, dada, paru-paru, jantung, lengan kanan yang bermuara di pembuluh balik di bawah selangka kanan.
2. Pembuluh limpha dada kiri (ductus thoracikus).
Menerima aliran limpha dari bagian lain danbermuara di pembuluh balik di bawah selangka kiri. Pembuluh inimerupakan tempat bermuaranya pembuluh-pembuluh kil atau pembuluh lemak, yaitu pembuluh yang mengumpulkan asam lemak, yang diserap oleh usus.
Pada kelenjar limpha dibuat sel-sel darah putih limfosit yang berperan dalam pemberantasan kuman penyakit.
Perbedaan peredaran limpha dengan peredaran darah
Peredaran darah
Peredaran limpha
( limpha )
1.
2.
3.
4.
5.
Sistem per-edaran.
Yang dialir kan.
Tenaga pendorong.
Zat yang di angkut.
Pembuluh-nya
Tertutup
Darah, berwarna merah.
Kontraksi otot jantung.
O2, CO2, protein, gula.
Arteri dan vena.
Terbuka
Getah bening, ber-warna kuning ke-putihan.
Kontraksi otot rangka.
Lemak (asam lemak + gliserin).
Pembuluh getah be-ning (duktus torak-sikus dan duktus limfatikus dekster)
Gangguan pada sistem sirkulasi
1. Hemofili : darah sukar membeku akibat faktor keturunan (genetis).
2. Anemia : penyakit kurang darah, akibat kandungan Hb rendah, kurangnya eritrosit atau menurunnya volume darah dari normal.
3. Polistemia : kelebihan eritrosit akibat meningkatnya viskositas (kekentalan) darah.
4. Leukimia : kanker darah, akibat bertambahnya leukosit yang tidak terkendali.
5. Leukopenia : menurunnya jumlah leukosit karena infeksi kuman tifus sehingga eritrosit dapat menurun hingga 3000 per mm3.
6. Thalasemia : rendahnya daya ikat eritrosit terhadap O2 karena kegagalan pembentukan haemoglobin (eritrosit pecah). Penyakit ini genetis.
7. Sklerosis : pengerasan pembuluh nadi akibnat endapan senyawa lemak atau zat kapur.
Aterosklerosis, bila endapannya lemak.
Arteriosklerosis, bila endapannya zat kapur.
8. Trombus & embolus : penyakit jantung yang disebabkan oleh penggumpalan di dalam arteri koroner.
9. Koronarialis : penyempitan arteri koroner pada jantung.
10. Varises : pelebaran pembuluh vena dan umumnya di bentis, sedang yang di anus disebut ameien (hemoroit).
11. Hipertensi : tekanan darah tinggi.
12. Hipotensi : tekanan darah rendah.
13. Eritroblastosis fetalis : penyakit kuning bayi, karena kerusakan darah bayi yang baru lahir akibat kemasukan aglutinin dari luar.
14. Blue baby : bayi warna biru waktu lahir akibat kelainan jantung (foramen ovale tidak menutup).
C. Sistem Imunitas (Kekebalan) pada Manusia
Sel darah putih bertanggungjawab dalam respons kekebalan. Jika ada zat asing (kuman) masuk ke dalam tubuh, maka beberapa leukosit akan membuat antibodi. Antibodi adalah protein sederhana (gamaglobulin) yang dihasilkan oleh limphosit atau larut ke dalam plasma darah sebagai reaksi terhadap serangan suatu antigen.
Macam-macam kekebalan tubuh :
1. Kekebalan aktif : kekebalan tubuh yang diperoleh karena tubuh membuat antibodi sendiri, meliputi :
- kekebalan aktif buatan : kekebalan tubuh yang di
peroleh setelah mendapatkan vaksinasi.
- kekebalan aktif alami : kekebalan tubuh yang di
peroleh setelah seseorang sembuh dari sakit.
2. Kekebalan pasif : kekebalan yang terjadi bukan karena tubuh membuat antibodi sendiri, meliputi :
- kekebalan pasif buatan : diperoleh setelah tubuh
mendapat antibodi sudah jadi yang terlarut
dalam serum. Kekalan ini bersifat sementara.
Misal suntikan ATS (Anti Tetanus Serum).
- kekebalan pasif alamiah : bila kekebalan diperoleh
dari ibu selama di dalam kandungan.
Antibodi masuk dari ibu ke fetus melalui pla-
senta atau melalui air susu (ASI) setelah lahir.
TEORI EVOLUSI CHARLES DARWIN

TEORI EVOLUSI CHARLES DARWIN

Pendahuluan
Sejak dahulu kala manusia selalu mempertanyakan asal-usul kehidupan dan dirinya. Jawaban sementara atas pertanyaan tersebut ada tiga altenatif, yaitu penciptaan, transformasi, atau evolusi biologi.
Definisi evolusi biologi bermacam-macam tergantung dari aspek biologi yang dikaji. Beberapa definisi yang umum dijumpai di buku-buku biologi, antara lain: evolusi pada makhluk hidup adalah perubahan-perubahan yang dialami makhluk hidup secara perlahan-lahan dalam kurun waktu yang lama dan diturunkan, sehingga lama kelamaan dapat terbentuk species baru: evolusi adalah perubahan frekuensi gen pada populasi dari masa ke masa; dan evolusi adalah perubahan karakter adaptif pada populasi dari masa ke masa. Evolusi telah mempersatukan semua cabang ilmu biologi.
Idea tentang terjadinya evolusi biologis sudah lama menjadi pemikiran manusia. Namun, di antara berbagai teori evolusi yang pernah diusulkan, nampaknya teori evolusi oleh Darwin yang paling dapat teori . Darwin (1858) mengajukan 2 teori pokok yaitu spesies yang hidup sekarang berasal dari spesies yang hidup sebelumnya, dan evolusi terjadi melalui seleksi alam. Perkembangan tentang teori evolusi sangat menarik untuk diikuti. Darwin berpendapat bahwa berdasarkan pola evolusi bersifat gradual, berdasarkan arah adaptasinya bersifat divergen dan berdasarkan hasilnya sendiri selalu dimulai terbentuknya varian baru.
Dalam perkembangannya teori evolusi Darwin mendapat tantangan (terutama dari golongan agama, dan yang menganut paham teori penciptaan – Universal Creation), dukungan dan pengkayaan-pengkayaan. Jadi, teori sendiri juga berevolusi sehingga teori evolusi biologis yang sekarang kita kenal dengan label “Neo Darwinian” dan “Modern Sintesis”, bukanlah murni seperti yang diusulkan oleh Darwin. Berbagai istilah di bawah ini merupakan hasil pengkayaan yang mencerminkan pergulatan pemikiran dan argumentasi ilmiah seputar teori evolusi: berdasarkan kecepatan evolusi (evolusi quasi dan evolusi quantum); berdasarkan polanya (evolusi gradual, evolusi punctual, dan evolusi saltasi) dan berdasarkan skala produknya (evolusi makro dan evolusi mikro).
Topic yang akan dibahas dibawah ini meliputi perkembagan teori evolusi Darwin dan implikasi dari teori evolusi biologi Darwin terhadap cara pandang kita tentang keberadaan makhluk dan alam semesta.
Perkembangan Teori Evolusi Darwin
1. Sejarah Singkat Charles Darwin (1809 – 1882)
  • 1831-1836: Perjalanan laut dengan kapal Beagle.
  • 1844: Draft buku “Origin of Species by Means of Natural Selection” telah selesai.
  • 1858: Afred Russel Wallace mengirim manuscript kepada J. Hooker anggota Royal Society, berisi tentang perluasan ide dari Malthus. Makalah bersama oleh Darwin dan Wallace di forum Society.
  • 1859: Publikasi buku “ On The Origin of Species by Means of Natural Selection”
  • 1860: Perdebatan antara Huxley dan Wilbeforce tanpa kehadiran Darwin
  • Darwin menghabiskan sisa masa hidupnya untuk penelitian dan publikasi buku “Descen of Man” (1871) dan “The Expression of Emotion in Man and Animals” (1871).
Buku “Origin of Species by Means of Natural Selection” yang diterbitkan tahun 1959 ini, menurut indeks sitasi merupakan buku yang paling banyak diacu oleh penulis lain (selain kitab suci) selama ini.
2. Perkembangan Teori Evolusi
Banyak hal dan pemikiran ahli lain yang mempengaruhi perkembangan teori Darwin, antara lain:
  • Ekspedisi ke lautan Galapagos ditemukan bahwa perbedaan bentuk paruh burung Finch disebabkan perbedaan jenis makanannya.
  • Geolog Charles Lyell (1830) menyatakan bahwa batu-batuan di bumi selalu mengalami perubahan. Menurut Darwin, hal-hal tersebut kemungkinan mempengaruhi makhluk hidupnya. Pikiran ini juga didasarkan pada penyelidikannya pada fosil.
  • Pendapat ekonom Malthus yang menyatakan adanya kecendrungan kenaikan jumlah penduduk lebih cepat dari kenaikan produksi pangan. Hal ini menimbulkan terjadinya suatu persaingan untuk kelangsungan hidup. Oleh Darwin hal ini dibandingkan dengan seleksi yang dilakukan oleh para peternak untuk memperoleh bibit unggul.
  • Pendapat beberapa ahli seperti Geoffroy (1829), WC Wells (1813), Grant (1826), Freke (1851), dan Rafinisque (1836).
Tahun 1858 Darwin mempublikasikan The Origin yang memuat 2 teori utama yaitu:
1. Spesies yang hidup sekarang berasal dari spesies lain yang hidup di masa lampau.
2. Evolusi terjadi melalui seleksi alam.
Menurut Darwin, agen tunggal penyebab terjadinya evolusi adalah seleksi alam. Seleksi alam adalah “process of preserving in nature favorable variations and ultimately eliminating those that are ‘injurious’”.
Secara umum, tanggapan ahli lain terhadap teori Darwin adalah:
a. Mendapat tantangan terutama dari golongan agama, dan yang menganut paham teori penciptaan (Universal Creation).
b. Mendapat pembelaan dari penganut Darwin antara lain , Yoseph Hooker dan Thomas Henry Huxley (1825-1895).
c. Mendapat kritik dan pengkayaan dari banyak ahli antara lain Morgan (1915), Fisher (1930), Dobzhansky (1937), Goldschmidt (1940) dan Mayr (1942).
Dengan berbagai perkembangan dalam perkembangan dalam ilmu biologi, khususnya genetika maka kemudian Teori Evolusi Darwin diperkaya. Seleksi alam tidak lagi menjadi satu-satunya agen penyebab terjadinya evolusi, melainkan ada tambahan faktor-faktor penyebab lain yaitu: mutasi, aliran gen, dan genetic drift. Oleh karenanya teori evolusi yang sekarang kita seirng disebut Neo-Darwinian atau Modern Systhesis.
Secara singkat, proses evolusi oleh seleksi alam (Neo Darwinian) terjadi karena adanya:
a. Perubahan frekuensi gen dari satu generasi ke generasi berikutnya.
b. Perubahan dan genotype yang terakumulasi seiring berjalannya waktu.
c. Produksi varian baru melalui pada materi genetic yang diturunkan (DNA/RNA).
d. Kompetisi antar individu karena keberadaan besaran individu melebihi sumber daya lingkungan tidak cukup untuk menyokongnya.
e. Generasi berikut mewarisi “kombinasi gen yang sukses” dari individu fertile (dan beruntung) yang masih dapat bertahan hidup dari kompetisi.
Implikasi Teori Evolusi Darwin
1. Asal Usul Spesies
Teori utama Darwin bahwa spesies yang hidup sekarang berasal dari spesies lain yang hidup di masa lampau dan bila diurut lebih lanjut semua spesies makhluk hidup diturunkan dari nenek moyang umum yang sama. Seperti yang juga diperkirakan oleh Darwin. Teorinya akan ditentang banyak pihak. Para penentang teori ini dikategorikan dalam tiga kelompok utama:
a. Kelompok yang berpendapat bahwa teori Darwin tersebut tidak cukup “ilmiah”.
b. Kelompok “Creationist” yang berpendapat bahwa masing-masing spesies diciptakan khusus oleh yang Maha Kuasa untuk tujuan tertentu.
c. Kelompok penganut filsafat “idealist” yang berpendapat bahwa spesies tidak berubah. Variasi yang ada merupakan tiruan tidak sempurna dari pola umum “archetypes”. Goethe mengabstaksikan satu archetype atau Urbild untuk semua tanaman (Urplanze) dan beberapa Bauplane untuk hewan.
Untuk para penentangnya dari dua kelompok pertama di atas Darwin cukup menandaskan bahwa keajaiban-keajaiban atau intervensi dari kekauatan supranatural dalam pembentukan spesies adalah tidak ilmiah. Dalam menanggapi kelompok Idealist (seperti Owen dan Lois Agassiz) Darwin mampu menangkis dengan baik. Pada Origin edisi pertama, Darwin (1959) di halaman 435, menyimpulkan bahwa penjelasan Owen pada masalah archetype adalah “interesting” dan “unity of type”nya merupakan “hukum” biologi yang penting. Kemudian setelah Owen lebih keras lagi menentang teorinya. Darwin pada edisi berikutnya menambahkan “…tetapi itu bukan penjelasan ilmiah”. Menurut Darwin penjelasan tentang “homologi” dan “unity of types” terkait dengan nenek moyang adalah ilmiah, sementara penjelasan terkait dengan archetype tidak ilmiah. Oleh karena Darwin memandang masalah ini sebagai proses, sementara konsep archetype adalam timeless. Secara umum Darwin adalam penganut paham Materialisme.
2. Seleksi Alam
Darwin mengemukakan bahwa seleksi alam merupakan agen utama penyebab terjadinya evolusi. Darwin (dan Wallace) menyimpulkan seleksi dari prinsip yang dikemukakan oleh Malthus bahwa setiap populasi cendrung bertambah jumlahnya seperti deret ukur, dan sebagai akibatnya cepat atau lambat akan terjadi perbenturan antar anggota dalam pemanfaatan sumber daya khususnya bila ketersediaannya terbatas. Hanya sebagian, seringkali merupakan bagian kecil, dari keturunannya bertahan hidup: sementara besar lainnya tereliminasi.
Dengan berkembangnya ilmu genetika, teori itu diperkaya sehingga muncul Neo Darwinian. Menurut Lemer (1958), definisi seleksi alam adalah segala proses yang menyebabkan pembedaan non random dalam reproduksi terhadap genotype; atau allele gen dan kompleks gen dari generasi ke generasi berikutnya.
Anggota populasi yang membawa genotype yang lebih adaptif (superior) berpeluang lebih besar untuk bertahan daripada keturunan yang inferior. Jumlah individu keturunan yang superior akan bertambah sementara jumlah individu inferior akan berkurang dari satu generasi ke generasi lainnya. Seleksi alampun juga masih bekerja, sekalipun jika semua keturunan dapat bertahan hidup dalam beberapa generasi. Contohnya adalah pada jenis fauna yang memiliki beberapa generasi dalam satu tahun. Jika makanan dan sumberdaya yang lain tidak terbatas selama suatu musim, populasi akan bertambah seperti deret ukur dengan tidak ada kematian di antara keturunannya. Hal itu tidak berarti seleksi tidak terjadi, karena anggota populasi dengan genotype yang berbeda memproduksi keturunan dalam jumlah yang berbeda atau berkembang mencapai matang seksual pada kecepatan yang berbeda. Musim yang lain kemungkinan mengurangi jumlah individu secara drastic tanpa pilih-pilih. Jadi pertumbuhan eksponensial dan seleksi kemungkinan akan dilanjutkan lagi pada tahun berikutnya. Pebedaan fekunditas, sesungguhnya juga merupakan agent penyeleksi yang kuat karena menentukan perbedaan jumlah individu yang dapat bertahan hidup atau dan jumlah individu yang akan mati, yang ditunjukkan dalam angka kematian (Dobzhansky, 1970).
Darwin telah menerim, namun dengan sedikit keraguan, slogan Herbert Spencer “survival of the fittest in the struggle for life” sebagai altenatif untuk menerangkan proses seleksi alam, namun saat ini slogan itu nampaknya dipandang tidak sepenuhnya tepat. Tidak hanya individu atau jenis yang terkuat tetapi mereka yang lumayan pas dengan lingkungan dapat bertahan hidup dan bereproduksi. Dalam kondisi seleksi yang lunak atau halus semua individu atau jenis pembawa genotype yang bermacam-macam dapat bertahan hidup ketika populasi berkurang. Individu yang fit (individu yang sesuai dengan lingkungan dapat bertoleransi dengan lingkungan) tidak harus mereka yang paling kuat, paling agresif atau paling bertenaga, melainkan mereka yang mampu bereproduksi menghasilkan keturunan dengan jumlah terbanyak yang viable dan fertile.
Seleksi alam tidak menyebabkan timbulnya material baru (bahan genetic yang baru yang di masa mendatang akan datang diseleksi lagi),melainkan justru menyebabkan hilangnya suatu varian genetic atau berkurang frekuensi gen tertentu. Seleksi alam bekerja efektif hanya bila populasi berisi dua atau lebih genotype, yang mana dari varian itu ada yang akan tetap bertahan atau ada yang tereliminasi pada kecepatan yang berbeda-beda. Pada seleksi buatan, breeder akan memilih varian genetic (individu dengan genotype) tertentu untuk dijadikan induk untuk generasi yang akan datang. permasalahan yang timbul adalah dari mana sumber materi dasar atau bahan mentah genetic penyebab keanekaragaman genetic pada varian-varian yang akan obyek seleksi oleh alam. Permasalahan itu terpecahkan setelah T.H Morgan dan kawan-kawan meneliti mutasi pada lalat buah Drosophilia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses mutasi menyuplai bahan mentah genetic yang menyebabkan terjadinya keanekaragaman genetic dimana nantinya seleksi alam bekerja (Dobzhansky, 1970).
Implikasi dari teori evolusi melalui ala mini sangat luas, tidak hanya mencakup bidang filsafat namun juga social-ekonomi dan budaya:
  • Penggantian cara pandang bahwa dunia tidak statis melainkan berevolusi.
  • Paham creationisme berkurang pengaruhn ya.
  • Penolakan terhadap teleology kosmis.
  • Penjelasan “desain” di dunia oleh proses materialistic seleksi alam, proses yang mencakup interaksi antara variasi yang tidak beraturan dan reproduksi yang sukses bersifat oportunistik yang sepenuhnya jauh dari dogma agama.
  • Penggatian pola pikir Essensialisme oleh pola pikir populasi.
  • Memberikan inspirasi yang disalahgunakan untuk tujuan yang tidak baik seperti gerakan Nazi di Jerman, Musolini di Italia, kebijakan “eugenic” di Singapura di masa Lee Kuan Yu dan berkembangnya ekonomi liberal yang dikemas dengan label Social-Darwinian.
Islam Dan Teori Darwin
Secara ilmiah teori evolusi Darwin utama belum dapat dikatakan runtuh, karena sebelum ditemukan bukti-bukti empiris yang bertentangan dengan kesimpulan teori tersebut, maka pernyataan dalam teori itu masih dianggap benar. Akan tetapi sampai saat ini banyak kalangan masih meragukan kebenaran teori itu terutama dari kalangan agama.
Saat ini Indonesia kebanjiran buku-buku Islam yang diproduksi Dr. Harun Yahya yang “menyerang” teori Darwin. Dari segi teologis ada kekuatiran bahwa teori Darwin akan mengusir Tuhan dari kehidupan, namun Haidar Bagir, pakar filsafat Islam, tidak sepenuhnya sependapat dengan Harun Yahya. Bagir (2003) menanggapinya dengan mengatakan “Sikap kita terhadap keyakinan Darwinian mengenai sifat kebetulan dan materialistic asal-usul kehidupan yang terkandung dalam teori itu sudah jelas. Kita menolaknya. Tidak demikian halnya dengan kesimpulan utama teori ini mengenai sifat-sifat evolusioner kehidupan. Karena betapapun demikian, tetap saja Tuhan bisa dipercayai sebagai Dzat di balik semua gerakan evolusi itu…”. Tentang prinsip survival of the littest, Bagir justru membenarkannya dan kita harus mengambil hikmahnya, karena hal itu sesuai dengan kenyataan sehari-hari dan didukung oleh tidak bertentangan dengan kandungan Alqur’an. Dingin dari dari dua sisi yaitu aspek teologis dan sisi etis.
KISI-KISI UJIAN NASIONAL MAPEL BIOLOGI

KISI-KISI UJIAN NASIONAL MAPEL BIOLOGI


hai kawan-kawanku semua.. :D
di blogku ini kalian gak cuman bisa dapet materi aja kok..
juga ada kisi-kisi menjelang Ujian Nasional..
ini mempermudah buat belajar lo.. ;)
Buat semua yang UN tahun ini diberikan kemudahan  dalam mengerjakannya dan bisa masuk perguruan tinggi yang diinginkan :)
semoga bermanfaat.. 

KISI-KISI BIOLOGI SMA/MA (PROGRAM IPA)
NO
KOMPETENSI
INDIKATOR
1.
Memahami hakikat biologi sebagai
ilmu dan mendeskripsikan objek permasalahan biologi melalui metode ilmiah.
Menjelaskan objek dan permasalahan Biologi.
2.
Menjelaskan ciri-ciri makhluk hidup
dan klasifikasinya, peranan keanekaragaman hayati bagi kehidupan dan upaya pelestariannya.
Mengidentifikasi ciri-ciri organisme dari kelompok
protista/jamur.
Mengidentifikasi peran virus/Archaebacteria/
Eubacteria bagi kehidupan manusia.
Menentukan dasar pengelompokan mahluk hidup.
Menjelaskan tujuan dari upaya pelestarian
keanekaragaman hayati tertentu.
Mengidentifikasi invertebrata berdasarkan ciri-
cirinya.
Mengidentifikasi cara perkembangbiakan
invertebrata.
Mengidentifikasi ciri-ciri kelompok hewan/tumbuhan.
3.
Menganalisis hubungan antara komponen ekosistem, perubahan materi dan energi serta peran manusia dalam keseimbangan ekosistem.
Menganalisis hubungan antar komponen ekosistem.
Menjelaskan aliran energi atau daur biogeokimia.
Menjelaskan keterkaitan antara kegiatan manusia dengan masalah perubahan/pencemaran lingkungan .
4.
Menjelaskan struktur dan fungsi sel serta mengaitkannya dengan struktur dan fungsi jaringan.
Menjelaskan struktur sel/komponen kimiawi sel/ proses yang terjadi pada sel.
Mengidentifikasi struktur dan fungsi organel sel tumbuhan/hewan.
Mengidentifikasi jaringan tumbuhan/hewan sesuai fungsinya.
5.
Menjelaskan struktur dan fungsi sistem organ manusia serta kelainan/penyakit yang mungkin terjadi pada organ tersebut.
Menjelaskan mekanisme gerak otot dan tulang/ sendi pada manusia.
Menjelaskan sistem peredaran darah pada manusia/gangguannya.
Menjelaskan sistem pencernaan makanan pada manusia/gangguannya.
Menjelaskan sistem pernapasan pada manusia/ gangguannya.
Menjelaskan sistem ekskresi pada manusia/ gangguannya.
Menjelaskan sistem regulasi pada manusia.
Menjelaskan sistem indera pada manusia.
Menjelaskan sistem reproduksi manusia.
6.
Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi pada tumbuhan melalui hasil percobaan/ pengamatan.
Menginterpretasi hasil percobaan pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.
Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.
7.
Mendeskripsikan proses metabolisme pada rantai karbohidrat dan kemosintesis.
Menjelaskan ciri-ciri/cara kerja enzim dalam proses metabolisme tubuh.
Menjelaskan proses metabolisme karbohidrat.
Menjelaskan tahapan proses fotosintesis pada tumbuhan.
Menjelaskan proses kemosintesis (respirasi anaerob).
8.
Memahami konsep dasar hereditas, reproduksi sel, penerapan prinsip- prinsip hereditas dan peristiwa mutasi.
Menentukan susunan nukleotida DNA, RNA, atau kromosom.
Menjabarkan proses sintesis protein.
Menjelaskan tahap-tahap pembelahan mitosis/meiosis/gametogenesis.
Menginterpretasikan persilangan dengan hukum Mendel.
Menginterpretasi persilangan pada penyimpangan semu hukum Mendel.
Mengidentifikasi pewarisan cacat/penyakit menurun pada manusia.
Mengidentifikasi peristiwa mutasi.
9.
Menjelaskan teori evolusi dan implikasi pada perkembangan sains.
Menjelaskan teori asal-usul kehidupan dan pembuktiannya.
Menjelaskan prinsip-prinsip penting pada mekanisme evolusi.
10.
Menjelaskan prinsip-prinsip dan peranan bioteknologi pada saling temas.
Menjelaskan peran bioteknologi.
Menjelaskan contoh bioteknologi konvensional/modern.
Menjelaskan dampak bioteknologi bagi masyarakat dan lingkungan.
Keanekaragaman Moluska Dipantai Balekambang Kecamatan Bantur kabupaten Malang (Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknik Sampling)

Keanekaragaman Moluska Dipantai Balekambang Kecamatan Bantur kabupaten Malang (Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknik Sampling)

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Pesisir merupakan wilayah daratan dan wilayah laut yang bertemu di garis pantai dimana wilayah daratan mencakup daerah yang tergenang atau tidak tergenang air yang dipengaruhi oleh proses-proses laut seperti pasang surut, angin laut, dan ilustrasi air laut. Sedangkan wilayah  laut mencangkup perairan yang dipengaruhi oleh proses-proses alami daratan seperti sediementasi dan aliran air tawar ke laut serta perairan yang dipengaruhi oleh kegiatan manusia didarat (Bengen, 2000). Pantai dan laut dikenal memilki kehidupan biota yang sangat beraneka ragam. Dari jenis pantainya, kehidupan biota pantai bisa dibagi menjadi dua, yakni habitat pantai berpasir dan habitat pantai berbatu. Wilayah pesisir dan laut merupakan lokasi beberapa ekosistem yang unik, saling terkait, dinamis, dan produktif. Pantai Balekambang kabupaten Malang merupakan salah satu objek wisata pesisir di Jawa Timur. Pantai Balekambang sebagai salah satu ekosistem pantai yang mempunyai substrat bervariasai seperti pasir dan hamparan terumbu  karang. Vegetasi rumput laut juga dapat ditemukan di pantai ini. Wilayah pesisir pantai pada umumnya kaya akan keanekaragaman jenis biota laut termasuk moluska.
Moluska merupakan salah satu filum hewan invertebrata dari kingdom Animalia. Penyebaran moluska dari sektor Antartika dan sub-Antartika samudera selatan cukup baik. Ada sekitar 1.200 moluska yang telah teridentifikasi, yang didominasi oleh gastropoda dan bivalvia (Lience dkk, 2006). Filum moluska terdiri atas delapan kelas yaitu Caudofoveata, Aplacophora, Monoplacophora, Polyplacophora, Cephalopoda, Scaphopoda, Gastropoda, dan bivalvia (Brusca & Brusca, 1990). Dua kelas terbesar dari filum moluska adalah Gastropoda dan Bivalvia (Dharma, 1992). Moluska dalam dunia hewan merupakan filum terbesar kedua setelah Arthropoda. Jumlah spesiesnya yaitu sekitar 50.000-110.000 spesies yang masih hidup dan 35.000 spesies fosil (Pechenik, 2000). Moluska dapat dijumpai mulai dari daerah pantai hingga laut dalam, selain itu juga dapat di temui pada daerah yang mempunyai terumbu karang. Sebagian membenamkan diri dalam sedimen, dan beberapa menempel pada tumbuhan laut. Moluska dapat hidup pada berbagai substrat, baik substrat berpasir, berbatu, dan berlumpur. Selain itu, moluska juga memiliki daya adaptasi tinggi terhadap tempat dan cuaca (Cappenberg dkk 2006).
Gastropoda merupakan salah satu moluska yang banyak ditemukan di berbagai substrat, hal ini diduga karena Gastropoda memiliki kemampuan adaptasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang lain baik di substrat yang keras maupun lunak (Turra & Denadai, 2006). Kelas Gastropoda umumnya lebih dikenal dengan sebutan siput atau keong. Gastropoda memiliki bentuk dan ukuran tubuh yang sangat bervariasi. Bentuk cangkang tunggal berulir, kepala yang berkembang baik, dilengkapi tentakel dan mata. Kaki lebar dan berotot untuk merayap dan mendukung massa viseral (Pechenik 2000). Kelas Bivalvia memiliki 15.000 spesies. Bivalvia tidak dapat hidup di wilayah daratan. Bivalvia tidak memiliki kepala dan radula, memiliki dua keping cangkang yang berhubungan di bagian dorsal. Kaki berbentuk kapak digunakan untuk menggali (Pechenik, 2000).
Peranan penting moluska bagi lingkungan perairan yaitu sebagai bioindikator kesehatan lingkungan dan kualitas perairan serta sumber makanan bagi hewan lain. Bagi manusia, manfaat yang didapat diantaranya sebagai sumber protein, obat-obatan, bahan industri dan perhiasan, pakan ternak serta pupuk (Dharma, 1988). Kualitas ekosistem perairan dipengaruhi oleh berbagai fator lingkungan, baik biotik maupun abiotik. Faktor biotik yang berpengaruh diantaranya adalah produsen sebagai sumber makanan dan adanya predator. Sedangkan faktor abiotik dalah fisika kimia air diantaranya suhu, pH, salinitas, oksigen terlarut (DO), kebutuhan oksigen biologi (BOD) dan kimia (COD), serta substrat hidup.
Tingginya aktivitas manusia dalam memanfaatkan lingkungan perairan pantai dapat mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan perairan tersebut. Hal ini terjadi jika lajur pengeluaran bahan bahan pencemaran melebihi kapasitas pemulihan dari ekosistem perairan (Setyobudiandi dkk, 1996). Penelitian ini dilakukan untuk memberikan informasi mengenai keanekaragaman moluska di pantai Balekambang. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan gambaran mengenai kondisi perairan di pantai Balekambang melalui gambaran kualitas biologis perairan.

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka, rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Keanekaragaman Moluska pada Pantai Balekambang Kabupaten Malang”.

1.3  Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas penelitian ini memiliki beberapa tujuan yaitu:
1.3.1        Bidang Pendidikan
Mahasiswa-mahasiswi dapat memperoleh ilmu pengetahuan mengenai keanekaragam moluska di pantai Balekambang Kabupaten Malang.
1.3.2        Bidang Penelitian
Mahasiswa-mahasiswi diharapkan  mampu memberikan bebragai informasi tentang keanekaragam  moluska pada pantai Balekambang Kabupaten Malang.

1.4  Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mencapai beberapa manfaat diantaranya:
1.4.1        Secara Teoritis
Menambah informasi keilmuan dalam bidang biologi khususnya keanekaragaman moluska pada pantai Balekambang kabupaten Malang.
1.4.2        Secara Praktis
1.4.1.1  Bagi Mahasiswa
Penelitian ini dapat menambah wawasan, ilmu pengetahuan tentang keanekaragaman moluska pada pantai Balekambang kabupaten Malang.
1.4.1.2  Bagi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dapat di jadikan acuan bahwa pantai Balekambang Kabupaten Malang memiliki keanekaragaman biota laut yaitu Moluska yang harus dijaga kelestariannya.  


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Mollusca berasal dari bahasa latin yaitu molluscus yang artinya lunak. Filum Mollusca adalah kelompok hewan inveterbrata yang memiliki tubuh lunak dan berlendir.

2.2 Karakteristik Moluska
Moluska adalah anggota dari filum sangat besar dan beragam. Filum yang banyak di temukan yaitu kelas gastropoda, kelas bivalvia, dan kelas cephalopoda. Dan filum yang jarang di temukan yaitu kelas polyplacophora dan kelas scaphopoda. Moluska merupakan hewan lunak yang tidak memiliki ruas. Tubuh hewan ini tripoblastik (mempunyai 3 lapisan) yaitu, ektoderm (lapisan luar), mesoderm (lapisan tengah), dan endoderm (lapisan dalam).
Tubuhnya dilindungi oleh cangkang yang keras dan tersusun atas mineral, fosfat, besi, yodium, protein dan kalsium. Moluska terdiri dari tiga bagian utama yaitu:
1.      Kaki
Perpanjangan/penjuluran dari bagian Ventral tubuh yang berotot. Kaki berfungsi untuk bergerak. Pada sebagian moluska kaki telah termodifikasi menjadi tentakel yang berfungsi untuk menangkap.
2.      Massa Viseral
Masa viseral adalah bagian tubuh yang lunak dari moluska. Di dalam masa viseral terdapat organ-organ seperti organ pencernaan, ekskresi, dan reproduksi. Massa viseral dilindungi oleh mantel.
3.      Mantel
Mantel adalah jaringan tebal yang melindungi massa viseral. Mantel membentuk suatu rongga yang disebut rongga mantel. Di dalam rongga mantel berisikan cairan. Cairan tersebut adalah tempat lubang insang, lubang ekskresi dan anus.



2.3 Ciri-ciri Moluska
1.      Merupakan hewan multiseluler yang tidak memiliki tulang belakang.
2.      Habitatnya di air dan di darat.
3.      Merupakan hewan tripoblastik selomata.
4.      Memilki struktur tubuh bilateral.
5.      Tubuh terdiri dari kaki, masa viseral, dan mantel.
6.      Memiliki sistem syaraf berupa cincin.
7.      Organ sekresi berupa nefridia.
8.      Memiliki radula (lidah bergigi).
9.      Hidup secara heterof.
10.  Reproduksi secara seksual.

2.4 Klasifikasi Moluska
Berdasarkan bidang simetri, kaki, cangkok, mantel, insang dan system  sayaraf, Moluska terdiri atas lima kelas, yaitu:
1.      Kelas Gastropoda
Gastropoda merupakan kelas moluska yang terbesar. Sebagian besar gastropoda mempunyai cangkok (rumah) dan berbentuk kerucut terpilin (spiral). Adapula gastropoda yang tubuhnya tidak memiliki cangkok, yang disebut vaginula. Gastropoda dapat hidup dilaut dan didarat. Bagi yang hidup didarat bernafas dengan paru-paru, sedangkan yang hidup di laut menggunakan insang. Gastropoda memilki alat reproduksi jantan dan betina yang bergabung atau disebut juga ovotestes. Gastropoda adalah hewan hemafrodit , tetapi tidak mampu melakukan autofertilisasi. Alat ekskresi berupa sebuah ginjal yang terletak dekat jantung. Hasil ekskresi dikeluarkan kedalam rongga mantel. Sistem peredaran darah adalah sistem peredaran darah terbuka. Jantung terdiri dari serambi dan bilik (ventrikel) yang terletak dalam rongga tubuh.
2.      Kelas Bivalvia
Kelas pelecypoda disebut juga dengan Bivalvia atau Lamellibrankhiata. Bivalvia atau pelecypoda adalah moluska yang memiliki dua cangkang. Dua cangkang tersebut dapat terkunci seperti engsel sehingga dapat terbuka atau tertutup dengan bantuan beberpa otot yang besar. Pelecypoda memiliki arti kata “kaki berbentuk kapak”. Habitatnya bermacam-macam dapat hidup pada air tawar, dasar laut, danau, kolam, ataupun pada sungai. Contohnya yaitu remis, tiram dan kijing. Pada bivalvia insangnya  berbentuk lembaran-lembaran yang disebut Lamellibrankhiata. Ukuran insangnya sangat besar dan sebagian besar spesises dianggap memiliki fungsi tambahan yaitu sebagai tempat pengumpul  makanan.
3.      Kelas Polyplacophora
Polyplacophora merupakan kelas dari hewan tak bertulang belakang. Contohnya adalah Chiton sp. Hewan ini memiliki struktur yang sesuai untuk melekat pada batu karang. Habitatnya pada pada pantai, dan pada laut yang memilki kedalaman sedang. Hewan ini memakan rumput laut dan mikroorganisme pada batu karang. Bentuk tubuhnya bulat, pipih dan simetris bilateral. Pada mata terdapat tentakel dan memilki lidah parut (radula).
4.      Kelas Schapopoda
Schapopoda adalah kelas terkecil dari moluska. Hewan ini hanya hidup di laut dan pantai yang berlumpur. Cangkangnya tajam berbentuk silinder, taring atau terompet yang kedua ujungnya terbuka. Warna yang sering ditemukan adala putih-coklat atau putih-hijau. Panjang tubuhnya sekitar 2mm-15cm. Schapopoda tidak memilki insang , jantung, serta pembuluh darah. Hewan ini memilki jenis kelamin yang terpisah, baik yang jantang maupun betina. Sperma dan sel telur langsung dilepaskan kedalam air dan apabila bertemu maka terjadilah fertilisasi. Schapopoda ini memiliki lebih dari 350 spesies dan habitatnya mulai dari laut dangkal sampai laut dalam sekitar 200 meter dari permukaan laut.
5.      Kelas Cephalopoda
Cephalopoda dalam bahasa yunani mengandung 2 kata yaitu kephale yang artinya kepala dan podos yang berarti kaki. Cephalopoda merupakan kelas dari phylum moluska yang memilki gerak di bagian kepala. Kelas ini merupakan kelas dengan evolusi tertinggi di antara kelas lain di moluska. Tubuh simetri bilateral dengan kaki yang terbagi menjadi lengan-lengan yang dilengkapi alat penghisap dan system saraf yang berkembang baik berpusat di kepala. Kelompok ini memiliki badan lunak dan tidak memiliki cangkang tebal seperti kelas lainnya (Romimohtarto, 2007).
BAB III
Metode Penelitan

3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan pada bulan Juni-Agustus 2017 pada pukul 09.00 -15.00 diawali dengan tahap pengambilan sampel moluska di pantai Balekambang Kecamatan Bantur kabupaten Malang.

3.2 Bahan dan Alat
Pengambilan sampel menggunakan metode transek. pada penelitian ini adalah spesimen  moluska untuk diidentifikasi dan air laut untuk analisis kualitas air. Bahan untuk mengawetkan moluska digunakan formalin dan menggunakan alkohol 90%. Alat yang digunakan dalam penelitian adalah kerangka kuadrat/plot ukuran 1m x 1m, serok, label, ember, kantong plastik.
3.3 Penentuan Stasiun
Penentuan stasiun pengambilan sampel dilakukan berdasarkan hasil survei lapangan. Lokasi pengambilan sampel dibagi menjadi 3 stasiun yaitu . Stasiun 1 merupakan lokasi pantai berpasir. Stasiun 2 merupakan lokasi pantai berkarang. Stasiun 3 merupakan daerah muara.

3.3 Pengambilan Sampel Moluska
Pengambilan sampel moluska dilakukan secara acak pada 3 stasiun dengan metode kuadrat (Krebs, 1980). Pada setiap stasiun dilakukan 10 kali penentuan kuatdrat sehingga pada masing-masing stasiun terdapat 10 titik pengambilan sampel. Semua moluska khususnya Bivalvia dan Gastropoda yang terdapat di dalam kuadrat diambil, kemudian diawetkan dalam alkohol 90%, khusus kelas Cephalopoda tidak masuk dalam penelitian ini dikarenakan kelas tersebut tidak sesuai dengan pengambilan sampel yang digunakan.



3.4 Analisis Data
1.      Indeks Nilai Penting (INP)
Jumlah dari Kerapatan Relatif (KR) dan Frekuensi relatif (FR) dinyatakan sebagai Indeks Nilai Penting (INP).
 x 100 %
 x 100 %
INP = Kerapatn Relatif + Frekuensi Relatif



2.      Kepadatan Moluska
Kepadatan adalah jumlah individu per satuan luas area. Rumus untuk menghitung kepadatan individu adalah sebagai berikut :
Keterangan:
D   = kepadatan moluska (ind./m²)
Ni  = jumlah individu spesies moluska
A   = luas total (m²)

3.      Keanekaragaman
Keanekaragaman jenis disebut juga keheterogenan jenis, indeks keanekaragaman menunjukkan kekayaan spesies dalam suatu komunitas dan juga memperlihatkan keseimbangan dalam pembagian jumlah per individu per spesies, indeks keanekaragaman dapat dihitung dengan indeks Shannon-Wiener (Magurran 1987) dengan persamaan:
 

Keterangan:
H’   = indeks keanekaragaman
Pi    = ni/ N
ni    = jumlah individu spesies ke-i
N    = jumlah individu total


Kriteria hasil keanekaragaman (H’) berdasarkan Shannon-Wiener (Krebs 1989) adalah:
H’ ≤ 3,32              : keanekaragaman rendah
3,32
H’ ≥ 9,97              : keanekaragaman tinggi

4.      Keseragaman
Perbandingan keanekaragaman dengan keanekaragaman maksimum dinyatakan sebagai keseragaman komunitas. Indeks keseragaman adalah komposisi individu tiap spesies yang terdapat dalam suatu komunitas. Indeks keresagaman (Magurran 1987), yaitu:
Keterangan:
E               : indeks keseragaman
H’             : indeks keanekaragaman
       : In S
S               : jumlah spesies

5.      Dominasi
Dominasi spesies tertentu dapat diketahui dengan menggunakan indeks dominansi Simpson (Magurran 1987), yaitu:
Keterangan:
C   = indeks dominasi
Pi  = ni/N

6.      Pengelompokan Habitat
Indeks similaritas Sorensen (Cox 20 digunakan untuk membandingkan kesamaan antar stasiun berdasarkan kesamaan antar spesies. Rumus yang digunakan adalah:
Keterangan:
Is  = indeks similaritas Sorensen
A  = jumlah jenis pada stasiun A
B   = jumlah jenis pada stasiun B
W  = jumlah jenis yang sama pada kedua stasiu




















DAFTAR PUSTAKA

Alerts G, Santika ss. 1984. Metode Penelitian Air. Surabaya: Usaha Nasional.
Arbi, U, Y. 2011. Struktur Komunitas Moluska Di Padang Lamun Perairan Pulau Talise. Sulawesi Utara: Jurnal Oseanolgidan Limnologi di Indonesia, 37 (1).
Arnold, P.W. and R.A. Birtles, 1989. Soft sediment marine invertebrates of Southeast Asia and Australia: A Gride to identification. Australian Institute of Marine Science. Townsville.272 pp.
Arsana, I, N. 2010. Struktur Populasi Kepiting Uca triangularis di Pantai Serangan Bali. Jurnal Widya Biologi. 1(1):18-25.
Barnes RD. 1987. Invertebrata Zoology 5thn Ed. W. B. Sauders Company. Philadelpia. Proc. Malae. Soc. London 41: 589-600.
Brower JE, Zar JH. 1977. Field and Laboratoty Method for General Ecology. 151-169. Wm. C Brown Publishing Dubuque. Lowa.
Brusca RC, Brusca GJ. 1990. Invertebrates. Sinaeur Ass, Inc. Publ. Sunderland, Massachusetts.
Cappenberg HAW, Panggabean MG. 2005. Moluska di perairan gugus Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Teluk Jakarta. J Olidi 7:69-80.
Cappenberg, H. A. W., A. Aznam dan I. Aswandy. 2006. Komunitas Moluska Di Perairan Teluk Gilimanuk, Bali Barat. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia, No 40: 53-64.
Cox GW. 2002. General Ecology Laboratory Manual 8th Ed. USA: The McGraw-Hill Companies.
Dharma B. 1988. Siput dan Kerang Indonesia I. Jakarta: Sarana Graha.
Dharma B. 1992. Siput dan Kerang Indonesia II. Jakarta: Sarana Graha.
Dharma B. 2005. Recent and Fossil Indonesia Shell. Jakarta: PT Ikrar Mandiri abadi.
Dharma, B. 1988. Siput dan Kerang Indonesia Indonesian Shell. Jakarta: PT. Sarana Graha.
Dharma, B.1992. Siput dan Kerang Indonesia Indonesian Shell II. Jakarta: PT. Sarana Graha.
Dittman S. 1990. Mussel Beds-Amensalism or Amelioration For Interdal Fauna. Helgolander Meeresunters 44: 335-352.
Duhuri, R. 2006. Kumpulan Koleksi Bivalvia. Jakarta: Pusat Penelitian Kelautan.
 Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta : KANISIUS.
English, S., C. Wilkinson and V. Baker. 1994. Survey Manual for Tropical Marine Resources. Australia: ASEAN-Australia Marine Project.
Heath AG. 1987. Water Polution and Fish Physiology. Florida: CRC Press.
Heddy S, M Kurniati. 1996. Prinsip-prinsip Dasar Ekologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Hibberd, ty and Kirrily Moore. 2009. Field Identification Guide to Heard Island. Australia: Australian Antartic Division.
Jasin, M. 1984. Sistematik Hewan Invertebrata dan Vertebrata. Surabaya: Sinar Wijaya.
Keputusan Mentri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor: KEP-02/MENKLH/1/1998, http://www.iipsonline.com/KEP_MLH_02_1988_IND.html. (19 Sep 2008).
Kimball, J.W. 1999. Biologi Jilid III Edisi V. Jakarta: Erlangga.
Krebs CJ. 1989. Ecologycal Methodology. London: Harper and Row publishers.
Laudien J, Brey T, dan WE Amtz, 200. Population structure, growth and production of the surf clam Donax serra (Bivalvia, Donacidae) on two Namibian Sandy Beach. Estuarine, Coastal and Shelf Science 58: 105-115.
Maguran AE. 1987. Ecologycal Diversity and Its Measurenent. New Jersey: Princeton University Press.
Marshall, A. J. 1972. Textbooks of Zoology Invertebrata. London: The Macmillan Press LTD.
Martinez, A. S., L.F. Mendes, T. S. Leite. 2012. Spatial Distrinution Of Epibenthic Molluscs on a Sandstone Reef in the Northeast of Brazil. Braz, Journal Biology,72(2):287-298.
Mclachlan, A. And A.C. Brown. 2006. The Ecology of Sandy Shore. USA: Elsevier Inc.
Mudjiono. 2002. Komunitas Moluska (Keong dan Kerang) di Rataan Terumbu Kepulauan Derawan, Kalimantan Timur. Perairan Sulawesi dan Sekitarnya, biologi, lingkungan dan oseanografi: 75-82.
Mudjiono. 2009. Telaah Komunitas Moluska d Rataan Terumbu Perairan Kepulauan Natula Besar, Kabupaten Natula. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia, 35(2):151-166.
Natan, Y. Dan P. A. Uneputty. 2010. Stuktur Komunitas dan Sebaran Spasial Moluska Pada Ekosistem Mangrove Passo, Teluk Ambon Bagian Dalam. Jurnal Ichthyos, 9(2):69-75.
Nybakken JW. 1992. Biologi Laut : Suatu Pendekatan Ekologis. Eidman M et al., penerjemah; Jakarta: PT Gramedia. Terjemahan dari Marine Biology: An Ecologycal Approach.
Pechenik JA. 2000. Biology of The Invertebrates. 4th Ed. New York: McGraw-Hill Book Company, Inc.
Pratiwi, Sri Maryati, Srikini, Suharno, Bambang S. 2007. Biologi SMA Jilid 1 untuk Kelas X Berdasarkan Standar isi 2006. Jakarta: Erlangga.
Romimohtarto, K. 2007. Biologi Laut. Jakarta: Djambatan.
Setyobudiandi I, Bengen DG, Damar A. 1996. Keanekaragaman dan distribusi makrozoobentos di perairan teluk Cilegon. J ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia IV(2):49-64.
Setyobudiandi, I., F. Yulianda., U. Juariah., S. L. Abukena., N.M Amiluddin dan Bahtiar. 2010. Gastropoda Dan Bivalvia. Stp Hatta-Sjahrir Banda Naira.
Setyono, D. E. D.2006. Karakteristik Biologi dan Produk Kekerangan Laut. Jurnal Oseana, 31(1):1 1-7.
Sugiri, N. 1989. Zoologi Avertebrata II: Bogor. IPB.
Taringan, M. S. dan Edward. 2003. Kandungan Total Zat Padat Tersuspensi (Total Suspensi Solid) Di Perairan Raha, Sulawesi Tenggara. Makara Sains, 7(9): 109-119.
Taylor JD. 1971. Reef associated mollusan assemblage in the western Indian Ocean. Symposium of Zoological Society of London 28: 510-534.
Turra, A. and M.R. Denadai. 2006. Microhabitat Use By Two Rocky Shore GastropodsIn An Intertidal Sandy Substrate With Rocy Fragments. Brazil. Journal Biology, 351-355.
Verlecar, X. N., N. Pereira, S.R. Desai, K. B. Jena, and Snigdha. 2006. Marine Pollution Detection Through Biomarkers In Marine Bivalves. Current Science, 91(9): 1153-1157p.

Wouthuyzen S, Sapulete D. 1994. Keadaan wilayah pesisir di Teluk Kotania, Seram Barat pada masa lalu dan sekarang: suatu tinjauan. J Perairan Maluku dan sekitarnya 7: 1-18.